Selasa, 01 Mei 2012

KUDUS DALAM CATATAN -4 [pesona madinah al huffadz]


sima'an rutin para hafidz
Tak henti rasanya keinginan saya untuk terus menceritakan kepada kalian semua akan pesona kota ini. Rasanya pena ini tak mau berhenti kala saya mulai menulis tentang pengalaman dan hal hal yang saya dapatkan di kota ini.
Sedikit akan saya ceritakan, kali ini awal mula kisah yang menyebabkan saya untuk menunda kuliah dan memutuskan nyantri di kota ini.
Waktu itu saya sudah duduk dikelas akhir masa sekolah saya di tingkat aliyah. Pertimbangan dan angan angan akan kelanjutan masa depan sudah mulai menjangkiti teman teman saya, dan saya pun tidak lepas dari sindrome seperti itu. Awalnya saya ingin mengikuti jalur PBSB yang diselenggarakan depag untuk mendapatkan kuliah gratis di jogjakarta. Keinginan ini timbul karena banyak diantara kakak kelas saya yang mendapatkan beasiswa ini. Disamping biaya kuliah yang gratis, beasiswa ini juga memberikan uang sangu tiap bulannya kepada para anggotannya. Persiapan sudah matang saya persiapkan, mulai dari berkas berkas yang harus dipenuhi sampai bahan bahan yang akan diteskan. Disisi lain, suatu waktu dimana kiriman bulanan saya datang. Ibu mengatakan keinginannya untuk memiliki seorang anak yang hafal al quran. Saya pun mengerti kalau ibu menginginkan saya untuk mondok lagi di pondok pesantren tahfidz. Tapi itu hanyalah berupa sindiran yang sama sekali tidak mengandung paksaan bagi saya. Semua tergantung saya, kemana dan dimana akan melanjutkan studi selanjutnya. Semenjak lontaran keinginan yang ibu katakan kepada saya, bayang bayang pondok tahfidz mengawang ngawang dalam benak saya tiap saat. Dan pada akhirnya, pesantren tahfidz menjadi opsi kedua saya setelah kuliah di jogja, yang dalam artian apabila saya nantinya tidak lulus tes beasiswa kuliah di jogja, maka saya akan mondok lagi di pesantren tahfidz.
Waktu pun berjalan cepat bagaikan kelebat pedang. Semua berkas sudah saya kumpulkan demi memenuhi syarat mengikuti beasiswa tersebut. Beberapa temanpun melakukan hal yang sama seperti yang saya lakukan. Lantunan doa doa kelulusan saya panjatkan tiap harinya di pesarean para kyai sepuh, kiranya tuhan memberikan yang terbaik apapun hasinya nanti. Setelah berkas berkas semua terkumpul, saya setorkan kepada pihak TU sekolah yang mengurusi akan masalah ini. Dan ternyata PBSB untuk tahun saya lulus tidak ada!!, alasannya adalah waktu. Biasanya undangan dan pengumuman tentang beasiswa tersebut telah ada beberapa bulan yang lalu. Tapi sampai saat saya menyetorkan berkas pengumuman, surat edaran itu belum juga datang. Artinya, beasisiwa PBSB untuk tahun itu ditutup. Lemas bercampur sedih menghinggapi benak yang tak tau lagi hendak kemana. Putus asa mulai menjangkiti diri saya, karena beasiswa tersebut sudah saya idam idamkan sejak duduk di kelas satu dulu. Singkat cerita, akhirnya saya memantapkan diri untuk merantau dalam rangka menhafal al quran. Sejak keputusan nyantri itulah saya mulai tenang dan kembali menatap masa depan saya. Tawaran kuliah dan beasiswa di berbagai universitas sudah tak saya hiraukan lagi. Bahkan ketika ada pengumuman bahwa beasiswa PBSB ternyata diselenggarakan dan telah dibuka. Saya mantap dengan apa yang saya pegang sekarang, meskipun saya masih bingung akan hendak kemana dan dimana saya menghafal al quran.
“KUDUS” adalah jawaban ketika saya sowan pada kyai zuhri zaini. Kota ini adalah tempat yang beliau sarankan ketika saya lontarkan keinginan untuk menghafal kepada beliau. Mengapa kudus?, Tidak adakah tempat lain untuk menghafal selain kota jenang ini?.
Pertanyaan pertanyaan diatas terjawab tuntas manakala saya sudah sampai dan tinggal beberapa waktu di kota ini. Dikalangan para kyai sepuh dan pesantren salaf, kota kudus memang sudah masyhur dengan kota huffadz. Hal ini disebabkan oleh kemasyhuran almaghfurlah mbah arwani dikalangan kyai sepuh salaf akan ilmu al quran yang beliau kuasai. Baik itu dalam ilmu qira’at maupun dalam pemahaman beliau yang mendalam akan maksud dan tafsir al quran. Yang kedua adalah, karena kudus tetap konsisten menjadi kota dengan pesantren pesantren yang menghasilkan para huffadz yang berkualitas, Baik itu dalam bacaan dan hafalannya. Lebih lanjut akan saya bahas di episode “7 alasan menghafal di kudus”.
Pesona kota ini memang tak pernah pudar meskipun diterpa berbagai zaman. Ada sebuah kisah yang melekat erat didalam pikran saya. Suatu hari saya menghafal di makam sunan kudus, setelah selesai mengafal beberapa lembar, saya pun mentakrir (mengulang) kembali lembar lembar yang sudah saya hafal kemarin kemarinnya. Didepan saya duduk seorang kakek kakek  tua lusuh yang sedang berdoa. Sampai pada suatu ayat, saya lupa lupa ingat akan kelanjutan ayatnya. saya baca saja ayat itu seingatnya demi menyelamatkan ayat ayat setelahnya agar tak keburu hilang juga. Orang tua lusuh itu pun menegur dan memberitahu saya akan lafadz ayat yang benar. Saya terkejut, heran, tak percaya sembari mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang sudah beranjak pergi itu. Hafalan saya langsung blank total gara gara kakek tua itu. Memang seorang hafidz tidak memiliki tanda khusus yang menandakan bahwa dia seorang hafidz. Tapi setidaknya ada kesan yang muncul pertama kali, yang mengisyaratkan seseorang tersebut seorang hafidz atau bukan. Nah kakek tua ini, tidak sedikitpun kesan seorang hafidz muncul dibenak saya kala pertama melihat beliau. Saya sama sekali tidak menyangka beliau adalah seorang yang hafal al quran. Subhanallah…
Mulai kejadian diatas, saya tidak pernah lagi menyangka nyangka kepada orang lain apakah dia seorang hafidz atau bukan. Seburuk atau sebagus apapun kesan yang ditimbulkan, saya tidak pernah lagi menilai seseorang hanya dari dhahirnya saja.
Kota huffadz memang pantas untuk disematkan kepada kota ini, tak bisa diketahui berapa jumlah pasti huffadz di kota ini. Ada seorang pedagang es keliling yang akhirnya saya tahu bahwa dia hafal al quran. Ada hafidz yang berprofesi sebagai guru, tukang becak dan pedagang souvenir khas kudus, bahkan yang tidak kerja sekalipun (pengangguran) banyak yang hafal al quran. Setelah mengetahui itu semua, timbul pertanyaan yang nantinya memberikan hikmah dalam hidup saya. Apakah keuntungan seorang yang hafal al quran? Lalu, apa yang allah berikan pada mereka yang hafal al quran? Apakah hanya berupa sertifikat atau ijazah hafidz? Apakah pujian dan cabisan beberapa lembar uang ketika diundang hataman atau sima’an al qur’an?
Jawabannya adalah satu, yaitu ketenangan hati dan kemantapan iman. punya tidak punya mereka akan sebuah pekerjaan, mereka tetap tenang dan yakin bahwa allah mengasihi hamba hambanya yang berjalan lurus di jalanNYA. Ketenangan semacam inilah yang tidak bisa didapat dari semacam kekuasaan, mobil mewah, rumah besar bahkan harta melimpah sekalipun. Selengkapnya akan saya bahas di episode “keutamaan orang yang hafal al quran”. Itu pesona kota huffadz yang pertama.
Pesona yang kedua. Tidak semua orang di kota ini yang hafal alquran, dan itu pasti. Kalau boleh dipresentasekan yang hafal al quran 35% dan yang tidak hafal 65%. Pesona yang kedua ini muncul dari mereka yang tidak hafal al quran. Mungkin lebih mempesona daripada pesona kudus yang pertama tadi saya ceritakan.
Di kota ini tiap minggunya terdapat pengajian tafsir al quran bagi masyarakat umum sebanyak dua kali. Malam kamis dan jumat pagi. Yang mengajar adalah kyai sepuh kudus sendiri yaitu mbah sya’roni ahmadi. Beliau tidak memiliki pesantren tahfidz, karena memang oleh gurunya mbah arwani, beliau dipersiapkan umum bagi masyarakat kudus yang hendak mengaji ilmu tafsir, lebih tepatnya beliau adalah seorang kyai masyarakat. Tidak hanya wilayah sekitar menara saja yang datang untuk mengikuti pengajian rutin ini, tapi seluruh masyakat kudus berbondong bondong hadir pada waktu waktu itu untuk mengikuti pengajian tafsir beliau. Bahkan, pernah saya temui ada beberapa orang yang rela jauh jauh dari malang hanya untuk mengikuti pengajian beliau. Animo dan kemauan masyarakat kudus dalam hal mendalami ilmu quran sangat luar biasa. Tidak pernah saya temukan maraknya pengajian kitab kuning di tempat lain, seperti semarak antusias masyarakat yang saya temukan di kota ini. Jadi harap maklum kota ini menjadi sunyi merayap ketika malam kamis dan jumat pagi tiba. Sekali lagi luar biasa mempesona…
Kapan Bondowoso akan menjadi kota seperti ini..???

Janggalan.
KUDUS, 16112011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar