Minggu, 20 Mei 2012

7 Alasan Menghafal Qur'an di Kudus


 
sapah jiah ee ??
Kota jenang merupakan sebutan lain dari kota kudus selain kota huffadz, kota kretek dan kota wali. Tak tepat kiranya kalau saya bahas jenang itu seperti apa dan bagaimana pada episode kali ini, dikarenakan khusus pada episode kali ini saya akan memberitahukan alasan alasan kuat mengapa kudus dijadikan pilhan utama bagi mereka yang ingin menghafal kitab suci al qur’an. Mengapa bukan di malang? Tempat berdirinya pondok qur’an asuhan KH. Bashori Alwi. Mengapa bukan dikota lain selain kota kudus? Mengapa harus di kudus?. tanpa mencoba membanding bandingkan, Semuanya akan coba saya jawab dengan tujuh alasan.
awal mulanya pertanyaan pertanyaan di atas juga kerap menghinggapi pikiran saya. Semenjak saya berkonsutasi dengan al mukarrom KH. Zuhri Zaini, dan beliau menyarankan kudus sebagai tempat yang bagus untuk menggapai keinginan saya, mulailah saya mencari jawaban jawaban pertanyaan di atas. Dan jawaban pertanyaan itu terangkum menjadi 7 alasan sebagai berikut :

1.      Lingkungan
Alasan yang pertama adalah lingkungan. Lingkungan sangatlah berdampak pada pembentukan karakter seseorang. Lingkungan juga sangat berperan penting bagi keberhasilan usaha seseorang untuk menggapai sesuatu. Seorang anak yang mulai kecil hidup dilingkungan pencuri tidak mungkin dewasanya menjadi seorang kyai (meskipun itu tidak mustahil), seorang santri tidak akan bisa berbahasa arab dengan fasih bila tidak didukung oleh lingkungan yang semua anggotanya juga berbahasa arab. Intinya, lingkungan sangat penting!. Di kudus, semua pesantren mayoritas berorientasi pada tahfidz al qur’an, jadi akan jarang anda temukan disana pesantren pesantren selain pesantren tahfidz. Disamping dipenuhi oleh pesantren pesantren tahfidz, masyarakat kudus juga kebanyakan yang hafal qur’an (meskipun tidak keseluruhan). Jadi, tidak salah kalau andaikan kudus juga disebut madinatul huffadz. Dengan adanya lingkungan yang seperti ini, mereka yang menghafalpun akan terus bersemangat dan tidak merasa berat dalam menghafal qur’an, dikarenakan “hafal qur’an” sudah sangat lumrah disana.

2.      Teman
Disamping lingkungan, teman adalah salah satu faktor penting kesuksesan seseorang. Sebuah ungkapan “seorang yang berkawan dengan tukang minyak wangi akan terikut wangi meskipun dia tidak menjual minyak wangi” adalah salah satu yang mengisyaratkan bahwa pertemanan sangat perlu untuk diperhatikan. Kalau anda ingin mengetahui karakter, sifat dan dalamya seseorang, maka cukup lihat dengan siapakah dia berteman. Di kudus, jangan khawatir soal teman!, karena andaikan anda nyantri di kota ini dengan maksud untuk menghafal al qur’an, maka dengan otomatis anda akan berkawan dengan sesama penghafal al qur’an juga. Dengan begitu proses menghafal akan terasa lebih ringan dan menyenangkan. Kita bisa saling takrir menakrir dengan seorang teman, anda yang membaca teman anda yang menyimaknya, begitu sebaliknya. Dan juga Teman anda tidak mungkin mengajak anda kepada sesuatu yang dapat mengganggu hafalan anda, dikarenakan dia juga sedang berjuang untuk menghafal.  

3.      Para guru
Sepengalaman saya, guru dalam proses menghafal di kota ini ada dua macam. Pertama guru setoran dan yang kedua guru makhroj. Guru setoran adalah ustadz yang mana akan menerima setoran hafalan kita tiap harinya, beliaulah nantinya yang akan membenarkan yang salah dan menentukan apakah kita sudah layak untuk terus melangkah pada lembar lembar berikutnya atau harus mengulang kembali hafalan yang kita setorkan keesokan harinya. Terkait dengan hafalan, guru inilah yang berperan. Yang kedua adalah guru makhroj. Kita tidak diijinkan untuk menghafal dan menyetorkan hafalan kalau bacaan kita belum memenuhi standart bacaan kudus (kurang fasih), lengkapnya saya akan ceritakan di item no 4. Intinya, semua yang terkait dengan bagus tidaknya bacaan qur’an kita, guru makhrojlah yang berperan. Bagaimana dengan kualitas guru disini? Jangan khawatir!. Kalau anda ingin menjadi ustadz setoran, maka syarat sayarat berikut ini harus dipenuhi. (1) anda sudah harus hafidz selama kurang lebih lima tahun, (2) anda sudah harus bisa menghatamkan qur’an dalam 1x 24 jam [koduh lancar suarah], (3) anda juga harus sudah memiliki sanad hafalan, (4) anda harus khatam qira’atus sab’ah, (5) yang terakhir sudah harus memiliki sanad qira’atus sab’ah. Bagaimana ??. syarat menjadi guru makhroj adalah hafidz, lancar dan menghatamkan makhorijul huruf al qur’an tiga puluh juz.!!
Jadi tidak usah diragukan lagi guru guru yang akan mendampingi anda nantinya.

4.      Metode
Untuk masalah hafalan, dikudus sebenarnya tidak ada satu metode paten yang diharuskan bagi seluruh santri menerapkannya dalam menghafal al qur’an. Tapi dikudus, seseorang tidak akan diijinkan untuk menghafal al qur’an atau menyetorkan hafalannya sebelum bacaannya sesuai dengan standart fasih madzhab kudus. Mengapa saya katakan madzhab kudus? Karena bentuk dan cara yang diajarkan sangat berbeda dengan apa yang saya pelajari selama enam tahun di Nurul Jadid. Terutama dalam masalah tata cara pengucapan huruf huruf hijaiyyah (makhorij al huruf). Pertama di kudus, saya seperti anak kecil umur 5 tahun yang baru belajar al qur’an. Dan itu berjalan selama kurang lebih 1,5 bulan. Dan pada akhirnya saya boleh menyetorkan hafalan saya. Ijin setoran bukan berarti membuat saya bebas dari kewajiban menyetorkan makhroj. Diawali dengan menyetorkan ta’awwudz, lulus, pindah ke al fatihah. Lulus, pindah at tahiyyat. Lulus, baru menyetorkan huruf huruf hijaiyyah satu persatu dari alif sampai ya ditambah surat surat pendek mulai an naas sampai an naba’. hingga boyong saya hanya berhasil lulus pada makhroj alif, wawu, lam, mim, nun, ya, fa, dan kaf. Selebihnya tdak lulus. Seperti Itulah metode makhroj madzhab kudus yang saya maksud. Kalau untuk hafalan lebih kepada metode kesadaran individu. Yang rajin menghafal ya cepat hatam, yang malas menghafal ya lama hatam. Begitu….
Jadi, pulang dari kudus saya jamin anda akan menjadi orang yang paling fasih bacaan qurannya di desa anda. Plus hafal al qur’an.. 

5.      Sanad
Sanad merupakan runtutan mengalirnya pertanggung jawaban. Sanad hafalan adalah runtutan petanggung jawaban atas bacaan dan nash qur’an yang anda hafal. Semakin kuat sanadnya maka akan semakin terpercaya juga hafalan qur’an anda. Dikudus sanad sangat jelas dan masyhur. Mbah kyai arwani adalah orang yang akan menjadi jalan bagi seluruh hafalan quran santri kudus untuk sampai kepada rasulullah. Jadi tak jarang banyak hafidz yang sudah hatam dan lancar masih meluangkan waktunya untuk mengambil sanad di kudus ini. Tapi itu tidak mudah, mereka harus belajar dulu makhroj madzhab kudus seperti yang katakan tadi. Bagi mereka yang memang menghafal disini, hatam setoran, sanad akan otomatis didapat. Begitu kata senior senior saya dikudus.

6.      Biaya
Disamping kualitas kualitas yang telah saya sebutkan diatas, biaya hidup dikota ini juga tidaklah mahal. Bahkan bisa dikatakan sangat bersahabat untuk ukuran kantong santri santri perantauan seperti saya ini. Untuk masalah makan, dengan minimal uang sebesar  70rb kalian sudah bisa makan dua kali sehari selama satu bulan. Ada juga warung yang menyediakan kost 100rb untuk sekali makan dalam sehari, tapi dengan porsi yang lebih banyak (nasi nyentong dibi’) dan menu yang lebih beragam. Untuk biaya pesantren (pesantren saya khususnya) biaya pertama kali masuk adalah sebesar 240rbu bonus seragam pesantren. Biaya syahriahnya tiap bulan adalah sebesar 15rbu. Harga yang sangat bersahabat bagi orang kota pensiun ekonomi menengah kebawah (sebutan untuk kota bondowoso). Jadi, masalah biaya hidup jangan khawatir. Tapi ada juga pesantren yang berbiaya mahal.

7.      Kemasyhuran
Entah di episode berapa saya pernah mengatakan bahwa kudus memang masyhur dan terpercaya dalam masalah menghasilkan huffadz yang berkualitas di kalangan para kyai dan ulama sepuh. Disamping memang dipenuhi oleh pesantren pesantren tahfidz, sosok mbah arwani dan sesepuh lainnya sepertimbah sya’roni ahmadi juga menjadi jaminan kudus sebagai kota huffadz. Dengan kemasyhuran semacam ini, para alumninya tentu juga akan mendapatkan semacam keuntungan. Contoh : ketika dua orang hafidz melamar seorang wanita, lalu mereka ditanya menghafal qur’annya dimana. Yang satu menjawab di kota anu dan satunya lagi menjawab di kudus, tentu 100% saya yakin bahwa yang akan diterima lamarannya adalah yang alumni kudus. Meskipun sebenarnya yang alumni kudus kalah lancar dibandingkan yang satunya, heheh (red;bercanda). Itulah salah satu misal jaminan dan keuntungan menghafal di kudus.



BONDOWOSO, 28042012

Itulah alasan alasan yang saya harap bisa membantu dan membangkitkan keinginan teman teman untuk menghafal al qur’an, terutama di kudus.
Terkait hal hal yang ingin ditanyakan silahkan tinggalkan komentar atau bisa hubungi no kontak saya…!!
Terima kasih



Senin, 14 Mei 2012

KUDUS DALAM CATATAN -habis [tapak kenang di akhir perjalanan]



buronan damaran
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Setiap permulaan pasti ada akhir yang akan menjadi kenangan. Dan kudus adalah salah satu kenangan terindah yang tidak bisa saya dapatkan di tempat tempat lainnya. Di kota inilah saya melatih kedewasaan dan tanggung jawab. Mencoba memperbaiki diri yang selama ini dikuasai nafsu dan ego diri, mencoba untuk menjadi pribadi yang lebih berguna bagi sesama dan lebih baik dari sebelumnya. Syukur yang tak terhingga saya panjatkan kepada allah subhanahu wa ta’ala yang telah menempatkan jiwa labil muda saya di tempat yang dirahmatinya ini, di tempat yang di penuhi oleh orang orang hebat, di tempat yang sungguh sangat menakjubkan.
Sungguh sangat beruntung saya memiliki orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dorongan dan dukungan semangat maupun moral kepada saya. Kepada kedua Orang tua yang berpandangan jauh kedepan, yang lebih berangan anaknya menjadi seorang yang bertaqwa daripada menjadi seorang yang bahagia di dunia dengan harta dan kekayaan, saya ucapkan terima kasih dan semoga kalian diberikan umur yang barokah oleh allah subhanahu wa ta’ala.
Menghabiskan hari hari di kota kudus seakan memberikan pelajaran kepada saya tentang berbagai hal di tiap detiknya. Namun hanya sedikit yang bisa saya ambil dan saya jadikan hikmah kehidupan, sungguh betapa rugi dan goblok saya ini. Tapi tak apalah, semoga pengalaman dan pelajaran yang sedikit ini bermanfaat bagi kalian semua. Dan satu yang saya harapkan, ambillah sebanyak banyaknya ilmu dan hikmah yang akan kalian dapatkan setiap hari apabila kalian mendapat kesempatan untuk menikmati dan tinggal di kota ini. Sungguh merupakan penyesalan yang amat teramat dalam akan dirasakan apabila kalian hanya pulang dengan hanya membawa hafalan al qur’an tanpa tahu dan merasakan tentang adat adat atau fakta fakta unik yang dimiliki oleh kota menawan ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh ustadz, guru dan teman teman yang telah mewarnai hari hari saya di kota ini. Kepada kang mubarok, kang mayong, kang musta’in, ustadz ali, kang ahmad, kang faisol, kang soheh, kang zein, kang evan, kang mujib, kang syarip, izzud dan seluruh santri pondok pesantren mazro’atul ulum damaran. Kepada bu nyai, semoga allah memanjangkan umur beliau. Kepada seluruh orang orang yang pernah saya temui. Kepada seluruh ta’mir masjid menara kudus, bu’ borju yang berkat kossan murahnya saya dapat hidup hemat di kota kudus. Dan semua yang tak dapat saya sebutkan satu persatu.
Kepada al mukarrom mbah sya’roni yang telah memberikan saya hal baru setiap mengikuti pengajian beliau. Jazakumullah ahsanal jaza’…..
Kepada para sesepuh kudus yang telah kembali ke haribaan allah subhanahu wa ta’ala. Almarhum al maghfurlah mbah arwani, almarhum al mahgfurlah mbah turaihan, almarhum al maghfurlah mbah fauzan, almarhum ala mahgfurlah mbah nur muttaqin, almarhum al mahgfurlah mbah sholeh, almarhum al maghfurlah mbah qodir, almarhum almaghfurlah mbah hisyam dan semua arwah almarhumin kyai kudus, qaddasa allahu ruhakum jami’an…
Dan tak lupa, semoga barokah dan karomah kanjeng mbah sunan kudus, kanjeng mbah sunan muria dan kanjeng mbah sunan kalijaga selalu menemani langkah langkah dan tapak saya menuju rahmat tuhan.
Dan terakhir, Semoga apa yang saya dapatkan dan apa yang saya pelajari di kota ini bermanfaat bagi nusa, Negara, dan agama. Dan semoga pengalaman dan semangat menghafal yang telah saya tunjukkan terwarisi kepada adik adik kelas saya dan semua orang yang telah membaca serta mengetahui kisah kisah saya, agar nantinya mempunyai keinginan untuk juga ikut andil dalam menjaga kemurnian kitab suci al qur’an dan mengamalkan apa yang telah terkandung di dalamnya. Karena dengan itu, saya yakin generasi generasi muda islam mendatang akan dapat mengembalikan islam ke masa masa keemasaanya dulu.

Sekian dan terima kasih………..

BONDOWOSO, 07052012

Rabu, 09 Mei 2012

KUDUS DALAM CATATAN -10 [kisah perjuangan para pecinta bola]


timnas indonesia
Berikut adalah sebuah kisah heroik tentang perjuangan tanpa henti para pecinta bola di kota kudus, khususnya mereka yang belajar atau nyantri di kota ini.  Berjuang melawan keterbatasan demi sebuah kebanggaan akan club yang dijagokan. Mendobrak segala dinding pembatas yang memisahkan antara mereka dan sepak bola. Sebuah kisah, yang patut dijadikan pelajaran oleh anda para pecinta bola.
Damaran adalah sebuah tempat atau bahkan disebut sarang bagi para pecinta bola. Sepak bola adalah kegiatan pertama yang harus didahulukan dari kegiatan kegiatan lainnya, semisal tadarus wajib maupun menghafal al qur’an. Adalah merupakan sebuah kerugian yang teramat dalam manakala seseorang dari kami tidak menyaksikan  pertandingan pertandingan antara club club besar yang dijagokan. Apalagi ketika negara tercinta sedang berlaga mati matian demi mempersembahkan sebuah tropi kebanggan, jangan harap damaran akan dipenuhi dengan santri yang sedang tadarus al qur’an atau ustadz ustadz yang sedang membimbing muridnya mengaji dengan benar!, semuanya akan tumpah blek di terminal menara kudus sambil melongo, lupa tutup mulut karena laga yang begitu mendebarkan. Baik santri maupun ustadznya sama sama berada dalam maqom yang sederajat pada saat saat seperti ini, semuanya sama, sama sama butuh televisi dan sama sama ingin mendukung negara tercinta.
Tidak semuanya sih para santri berkumpul di tempat yang fenomenal ini, semuanya berpencar memburu tempat nobar yang nyaman dan berlayar besar. Semuanya tergantung lobi, koneksi dengan orang orang yang memiliki fasilitas seperti itu. Butuh sebuah kejelian dan kecerdasan untuk mendapatkan tempat yang nyaman dan tentram seperti itu. Sedangkan kami yang miskin lobi serta koneksi dan agak kurang cerdas dalam memburu tempat, terpaksa berkumpul dengan rakyat rakyat kecil di terminal kudus yang juga bertelevisi kecil. Televisi yang disediakan tidaklah sebesar dus mie goreng sedap, tak ada fasilitas tempat duduk yang memadai, akibatnya kami akan berdiri selama 2x 45 menit, istirahat sejenak setelah babak pertama berakhir. Aroma kurang sedap dari badan badan dan mulut tukang ojek yang bersorak “GOOOOAALL…!!” mau tidak mau harus kami relakan masuk ke kedua lubang hidung yang mulia ini. Walaupun baunya luar biasa, yang penting ada sebulir kebanggan yang kami rasakan masuk ke ruas ruas jiwa patriotisme ketika indonesia memperoleh kemenangan. Bukan hanya itu, setelah laga usai serasa kaki kami hilang tanpa jejak, leher hampir keropos karena mendongak ke atas selama 1,5 jam, mata panas karena bekerja berat untuk dapat melihat pertandingan dari tv yang sedemikian begitu sangat kecil mrengil, dan tak lupa al mukarrom nyamuk nyamuk juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan macam ini.
Itu kisah heroik santri pejuang bola pada umumnya. Ada kisah heroik lain dari pada individu individu yang mempunyai loyalitas kepada club yang dijagokannya.
Salah satunya dari seseorang fans barcelona bernama GHAZALI akrab dipanggil gajali. Di adalah seorang teman yang alim bahkan sangat alim dibandingkan teman teman saya yang lainnya, dia menghabiskan waktunya hanya untuk menghafal dan menghafal, tak ada kegiatan lainnya. Bahkan, karena cintanya pada menghafal, semua kegiatan di pesantren dia rela absen tak mengikutinya. Tapi kecintaannya terhadap menghafal tak bisa mengalahkan cintanya pada club catalan barcelona. Demi menonton pertandingan klub itu dia rela melakukan apa yang jarang atau tidak pernah dilakukannya, contoh tidur di masjid menara dan begadang sendirian di terminal menara kudus. Semuanya dia pertaruhkan, karena memang dia bukanlah termasuk dari kelompok yang mempunyai lobi dan jaringan koneksi tempat yang luar biasa. Dengan segala keterpaksaan dan keterbatasan, fasilitas semegah terminal pun rela dia jadikan tempat menonton laga tersebut. Hujan dan dingin malam tak pernah menyurutkan rasa cintanya pada klub catalan itu.
Banyak lagi kisah kisah heroik para pecinta bola, yang kisah kisah tentang perjuangan mereka belum pernah saya saksikan dimanapun dan belum pernah saya temukan di buku apapun. Semangat foolball lovers…

In memoriam : kang ahmad, kang faisol, kang evan, kang mujib, kang sarep, ghazali, ayik, azis, kang bukhari, dan para pecinta bola damaran seluruhnya…!!

Selasa, 08 Mei 2012

KUDUS DALAM CATATAN -9 [antara niat, penyakit dan kutukan]



ilustration
Tulisan ini bukanlah bertujuan untuk menakut nakuti atau mematahkan semangat teman teman yang sedang atau akan menghafalkan al qur’an. Saya menulis ini hanya sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan yang maha kuasa dan juga sebagai penyemangat bagi mereka yang mengalami seperti apa yang saya dan kebanyakan para hafidz alami ketika dalam proses menghafal al qur’an. Setidaknya tulisan ini dapat dijadikan sebuah pembelajaran dan penguatan tekat, sehingga nantinya dapat menjadi pegangan yang kuat saat berbagai cobaan dan rintangan menerpa anda anda, khususnya para penghafal al qur’an.
Tulisan ini adalah tentang cerita cerita fakta yang hampir dialami oleh seluruh teman saya yang sedang menghafal al qur’an. Karena saking seringnya, cerita ini dijadikan semacam mitos atau bisa dibilang dalam bahasa saya sendiri sebuah “kutukan” dikalangan para penghafal qur’an, untuk menguji sejauh mana niat seseorang dalam menghafal dan mendalami kitab suci al qur’an. Berikut kisah kisah mengenai kepercayaan atau “kutukan” tersebut.
Hafal al qur’an adalah sebuah nikmat, anugrah, dan tanggung jawab yang tidak semua orang dapat merasakannya. Hanyalah orang orang yang memiliki kemauan dan kemampuanlah yang bisa dibebani tanggung jawab besar sebagai seorang hafidz. Bukan hanya itu yang diperlukan untuk menjadi seorang hafidz yang benar benar hafidz, niat dan tekad yang kuat juga sangat berperan pada kesuksesan seseorang memegang tanggung jawab sebagai seorang hafidz. Saya katakan hafidz yang benar benar hafidz, bagaimana maksudnya? Maksudnya adalah, mereka yang benar benar ingin menghafal al qur’an dengan maksud dan tujuan yang ikhlas, yaitu dalam rangka mencoba untuk menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain serta untuk mendekatkan diri kepada sang khalik. Adalah merupakan suatu kesalahan, kerugian dan kebodohan yang teramat besar kala seseorang berniat menghafal al qur’an hanya sebagai jalan untuk mendapatkan beasiswa umpamanya, atau bahkan hanya untuk mendapatkan pujian dan pengakuan dari masyarakatnya bahwa dia adalah seorang yang hafal al qur’an. Mereka yang benar benar ikhlas akan menggunakan ke”hafidz”annya untuk dirinya sendiri dan kebaikan orang banyak. Bukanlah hafalan yang lancar yang masyarakat butuhkan dari diri seorang hafidz, tapi adalah sebuah pengajaran dan pemahaman akan isi kandungan al qur’anlah yang mereka butuhkan, untuk selanjutnya diaplikasikan menjadi sebuah pengamalan didalam kehidupan sehari hari. Dan hafal al qur’an adalah salah satu jalan terbesar menuju kesana. Apa gunanya coba, seorang hafidz yang hanya hafal saja tanpa mengetahui makna dan kandungannya? Tidak ada!. Sama saja dia dengan nol. Atau bahkan lebih baik seorang yang tidak hafal al qur’an tapi dia mengetahui dan mengamalkan makna yang terkandung di dalamnya, walaupun sedikit. Jadi, mulailah untuk berbenah niat sebelum beranjak menuju menghafal. Begitulah nasehat guru saya KH. Zaini Zaini ketika saya hendak meghafal qur’an di kudus.
Ada beberapa sebab yang melatar belakangi saya menulis akan hal ini. Pertama, fakta fakta kurang adil yang saya saksikan selama di kudus tentang penghafal al qur’an. Kedua, untuk  memberikan semacam suntikan semangat bagi mereka yang mengalami hal hal yang kurang mengenakkan di dalam proses menghafal al qur’an. Ketiga, untuk sekedar berbagi pengalaman bahwa niat yang benar adalah hal pertama yang harus dibenahi.
Mungkin kalian akan bertanya tanya tentang kalimat saya “fakta fakta kurang adil yang saya saksikan selama di kudus”. Begini maksudnya, tidak selamanya dan tidak semua orang hafidz terlihat seperti anggapan yang tersebar di kalangan masyarakat saat ini. Anggapan bahwa seorang hafidz adalah orang yang alim, tawaddu’ dan jauh dari yang bernama maksiat tidak seratus persen benar adanya. Banyak dari teman teman saya yang juga sesama penghafal al qur’an bahkan kakak kakak senior yang sudah hafal, menonton bersama semacam video atau film film biru dewasa. Dan ini bukan hanya terjadi di pesantren saya, malah kasusnya akan semakin banyak dan beragam di pesantren pesantren lainnya. Meskipun begitu, dalam masalah hafalan mereka terlihat sangat jenius. Sekali dua kali baca, ayat demi ayat pun akan pindah ke otak mereka. Sedangkan mereka yang menjauhi itu semua, sangat sulit dalam menghafal dan melengketkan hafalannya. sebuah ketidakadilan yang cukup lama saya pertanyakan kepada tuhan.
 Lalu maksud kalimat kedua saya “hal hal yang kurang mengenakkan dalam menghafal al qur’an” adalah semacam cobaan atau terpaan yang bahkan bisa meruntuhan niat seorang untuk menghafal al qur’an. Cobaan ini bermacam macam bentuknya, ada yang berbentuk sebuah penyakit, meninggalnya orang yang dia sayangi, atau lain lainnya. Inilah yang saya sebut dengan “kutukan” penghafal al qur’an. Sebuah cobaan yang akan menguji seseorang, sejauh manakah niat dia dalam memperdalam dan menghafal kalam tuhan. Mereka yang tidak mempunyai niat dan tekat yang kuat niscaya akan menyerah dan gagal dalam prosesnya menghafal al qur’an, sebaliknya mereka yang kuat akan terus bertahan, menghafal, seberat apapun cobaan yang menerpanya. Hal ini tidak terjadi pada kebanyakan hafidz, tapi umumnya begitu. Ada teman saya ketika menginjak juz juz akhir mengalami gagal ginjal yang mengharuskan dia untuk pulang dan mendapatkan perawatan rumah sakit, ada seorang ustadz saya yang ketika menginjak juz juz akhir juga mengalami terpaan luar biasa yaitu meninggalnya sang ayah yang merupakan satu satunya orang yang membiayainya, dan banyak lagi kisah kisah serupa yang melanda para penghafal. Ini juga yang disebut kawan kawan saya sebagai “kutukan juz juz akhir”.
Kedua latar belakang diatas berkaitan erat dengan latar belakang yang ketiga, yaitu pembenahan niat. Sejauh yang saya lihat dan saya rasakan, niat sangatlah berperan penting pada proses ini. Seorang yang mempunyai niat yang kurang tepat dalam menghafal al qur’an tidak akan mengalami hal hal yang berat seperti apa yang dialami oleh mereka yang benar benar mempunyai niat tulus di dalam menghafal al qu’an. Bahkan, mereka yang kurang tepat niatnya akan diberikan semacam kemudahan dalam menghafal dan melengketkan hafalannya. Mengapa bisa demikian?, setelah melamun beberapa waktu, saya berpikir bahwasanya mungkin allah tidak akan rela kalamnya dihafal oleh orang yang mempunyai tujuan kurang baik. Oleh karena itu, allah mempermudah hafalannya tanpa ada hambatan dan kesulitan sedikitpun, yang toh nanti ketika dia sudah hatam, al qur’an itu akan hilang dengan sendirinya. Lalu bagaimana dengan mereka yang mempunyai niat yang benar?. Tentu tidak serta merta allah akan mempermudah jalannya menghafal al qur’an, perlu adanya beberapa ujian yang harus dilewati untuk membuktikan bahwa dia memang benar benar memiliki niat tulus dan bersungguh sungguh untuk menghafal al qur’an. “kutukan juz juz akhir” adalah salah satu yang harus dilewati oleh seorang penghafal. Bagi kalian yang sedang mengalaminya bersyukurlah, karena itu pertanda bahwa niat kalian sedang diuji oleh allah. Bagi kalian yang belum mengalaminya, silahkan terus berdoa dan mulailah untuk muhasabah berbenah niat. Jangan sampai ada semacam keinginan keinginan yang bersifat duniawi yang merusak niat dan kesucian al quran. Percayalah bahwa akan sesuatu yang lebih dari itu semua yang akan allah berikan kepada kalian, karena orang yang hafal al qur’an memiliki kemuliaan tersendiri disisi tuhan yang maha esa.
Sekali lagi saya katakan, niat memegang peran intim dalam kesuksesan seseorang tuk menggapai sesuatu. Dan orang orang yang sukses menggapai impiannya tidaklah berjalan pada jalan aspal yang mulus tak berlubang, melainkan jalan terjal berlubanglah yang harus dia tempuh untuk sampai kepada apa yang dia impikan. Dengan begitu, kenikmatan tertinggi akan dirasakan manakala dia telah melalui jalan terjal itu dan sampai pada lembah subur kesuksesan yang diridhoi oleh tuhan sang maha pencipta…!!

Mulailah berbenah niat !!!

BONDOWOSO, 06052012