Selama ribuan tahun para filsuf dan
para ahli kejiwaan membahas serta terus mencari jawaban dari satu pernyataan
yang sangat kuno tentang “apa yang sangat dibutuhkan manusia di dalam menjalani
kehidupannya di dunia ini?”. Berbagai jawaban pun muncul untuk mewakili berbagai
situasi dan keragaman keadaan yang dialami oleh manusia itu sendiri. Maksudnya adalah
begini, kalau kita menanyakan pertanyaan tadi kepada orang yang sedang kelaparan
di kolong jembatan, pasti jawaban mereka adalah makanan. Kalau kita tanyakan kepada
orang yang sedang sakit, pasti jawabannya adalah kesehatan. Kalau kita tanyakan
kepada orang yang dilanda kesendirian, pasti jawabannya adalah seorang teman. Kalau
kita tanyakan kepada seorang bujang tua, pasti jawabannya adalah seorang wanita
untuk dia nikahi. Jawaban dari pertanyaan diatas akan selalu beragam tergantung
seperti apa kondisi manusia yang sedang dialami. Lalu, para filsuf mengajukan satu
pertanyaan lagi, andaikan semuanya telah terpenuhi, semua yang dibutuhkan manusia
itutelah ada dan tersedia, apakah masih ada sesuatu yang mereka butuhkan?, jawabannya
adalah ada. Setelah melakukan beberapa kajian ternyata yang paling dibutuhkan manusia
adalah ketenangan hati dalam menjalani hidup. Makanan, harta, teman dan berbagai
kebutuhan lainnya hanyalah satu jalan kecil menuju ketenangan tersebut. Andaikan
semua itu telah terpenuhi (menurut para filsuf dan ahli hikmah) ada satulagi
yang manusia butuhkan untuk mencapai ketenangan sejati dalam hidup ini, yaitu mengetahui
hakikat dirinya dan tuhannya.
Tentu kalian akan bertanya tanya apa
hubungan masalah diatas dengan kota Bondowoso ini?, akan saya uraikan.
Kalian tentu tahu Rene Descratez ?,
bapak filsafat modern peletak dasar dasar filsafat rasionalisme pada zaman renaisans
yang berdampak besar bagi pemikiran pemikiran filsafat eropa bahkan dunia hingga
saat ini. Beliau juga meyakini bahwa hal yang paling dibutuhkan manusia adalah
rasa tenang, dan itu hanya bisa dicapai ketika seorang manusia mengetahui hakikat
kebenaran lingkungan, dirinya beserta
tuhannya. Tentu tidak mudah untuk merenungkan hakikat diri apalagi yang
berkaitan dengan tuhan, perlu adanya semacam meditasi hati dan pikiran yang
sungguh sungguh untuk mendapatkan jawaban jawaban tersebut. Dan situasi kondisi tempat sangatlah berpengaruh dalam
proses meditasi atau pencarian itu. Seperti yang dilakukan bapak descartez ketika
akan merumuskan hakikat hakikat kebenaran yang dipikirkannya selama bertahun tahun. Dalam bukunya “discursus on methode” beliau menceritakan
pengalaman pribadi dalam
mencapai sebuah keyakinan akan hakikat sebuah kebenaran. setelah sekian lama
beliau berkeliling dari suatu negara ke negara lain dengan menjadi seorang
prajurit perang, beliau mendapatkan banyak pelajaran dan
pengalaman hidup dari bertemunya beliau dengan
orang orang hebat di negara negara yang beliau kunjungi. Karena itulah, sesaat
setelah masa perang berakhir beliau berpikir bahwa sudah saatnya untuk
merumuskan hakikat kebenaran sebagaimana yang diyakininya selama ini. Dipilihlah tempat dimana profesi tidak menuntut beliau
untuk terus berbuat lebih dibidangnya, tenpat dimana semua orang berkutat pada
urusannya masing masing atau dengan kata lain tidak mencampuri urusan orang
lain, dan sebuah tempat dimana beliau bisa
mengoptimalkan daya pikirnya (maklum, karena beliau adalah salah seorang tokoh
filsafat rasionalisme) untuk kembali memilah serta menyaring apa yang telah
beliau ragukan, rasakan dan yakini selama masa perantauannya di beberapa
negara. Untuk selanjutnya beliau rumuskan menjadi aliran filsafat madzhabnya
sendiri.
Seseorang
yang masa mudanya dihabiskan untuk terus bekerja dan bekerja, mencari uang
dengan sekuat tenaganya demi mencapai kebahagiaan dunia, akan mencapai sebuah
pencapaian berupa hidup sejahtera di masa tuanya. Akan tetapi dan yang tak dapat dipungkiri adalah tentang apa yang dia harapkan
dengan kerja kerasnya selama ini yaitu mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan
hidup di dunia tidak dia dapatkan meskipun harta dan kedudukan dia genggam. Di
masa mudanya dia menyakini bahwa kehidupan tenang dan bahagia dapat dia rasakan
dengan harta dan kehidupan serba berlebih, tapi kenyataannya tidak.
Bondowoso
memiliki aura tersendiri bagi mereka yang mencari ketenangan dan ketentraman
hidup di masa masa tuanya. Disamping bondowoso memiliki alam yang masih jernih
bebas polusi, hingar bingar masalah keduniaan pun sudah jarang diperbicangkan
setiap harinya. Semisal politisasi kasus hambalang, grasi presiden yang
membingungkan sampai masalah konser laknat yang digagalkan ormas radikal.
Fluktuasi nilai rupiah dan saham menjadi barang yang aneh bila diperbincangkan
disini, dengan artian penduduknya masih awam dan lugu, mereka hanya tahu bagaimana menggarap sawah dan menghasilkan beras yang
bagus dan banyak. Surau surau masih konsisten melantunkan dzikir dzikir dan
ayat ayat keagungan tuhan setiap sorenya menjelang maghrib, membuat pikiran dan
hati kembali ingat akan hakikatnya sebagai manusia hamba tuhan tak berdaya
setelah setengah hari menggarap sawah. Situasi seperti inilah yang digambarkan
oleh descartez sebagai sebuah tempat yang akan sangat mendukung manusia untuk
kembali menjernihkan pikiran, mencermati kembali ayat ayat tuhan, merumuskan
secara utuh hakikat kebenaran untuk kembali mengetahui siapa sebenarnya diri
ini dan tuhan diri ini. Dengan begitu ketenangan sejati dan hakiki akan
didapatkan. Dan sekali lagi saya katakan, bondowoso adalah kota yang
sangat pantas bagi anda yang merindukan hakikat kebenaran, ketenangan jiwa, dan
berusaha untuk mengenal diri sendiri serta tuhannya.
kota ini juga akan membawa anda
untuk lebih merenungkan akan ciptaan ciptaan tuhan yang maha dahsyat, kembali
berpikir dan tadabbur tentang pohon pohon yang rindang, bagaimana ia akan dapat
mengeluarkan buah yang manis? padahal ia hanya tersiramkan oleh air yang payau
kecuali dengan kehendak dan kuasa dzat yang maha besar. Tentang burung burung
yang berkicau, tentang udara dan angin yang sepoi mengelus hati, tentang sungai
jernih yang riaknya mengisyaratkan sajak sajak keagungan, tentang hujan,
tentang embun pagi dan tentang segala hal yang telah Allah ciptakan pada alam
ini. Semuanya akan kembali terpikirkan dan terenungkan kala anda dapat
menikmati sore bondowoso yang sahdu. Akhirnya, dengan melihat ayat ayat tuhan dibalik
semua kejadian alam yang luar biasa tersebut, kita akan senantiasa menjadi
hamba tuhan yang bersyukur dan mengerti akan kekurangan serta kelemahan diri.
“sesungguhnya di dalam penciptaan
langit dan bumi, terdapat ayat ayat keagungan tuhan yang hanya bisa dirasakan
oleh mereka mereka yang menggunakan akal fikirannya.”
BONDOWOSO, 09062012