ilustration |
Tulisan ini bukanlah bertujuan
untuk menakut nakuti atau mematahkan semangat teman teman yang sedang atau akan
menghafalkan al qur’an. Saya menulis ini hanya sebagai bentuk rasa syukur
kepada tuhan yang maha kuasa dan juga sebagai penyemangat bagi mereka yang
mengalami seperti apa yang saya dan kebanyakan para hafidz alami ketika dalam
proses menghafal al qur’an. Setidaknya tulisan ini dapat dijadikan sebuah
pembelajaran dan penguatan tekat, sehingga nantinya dapat menjadi pegangan yang
kuat saat berbagai cobaan dan rintangan menerpa anda anda, khususnya para
penghafal al qur’an.
Tulisan ini adalah tentang cerita
cerita fakta yang hampir dialami oleh seluruh teman saya yang sedang menghafal
al qur’an. Karena saking seringnya, cerita ini dijadikan semacam mitos atau
bisa dibilang dalam bahasa saya sendiri sebuah “kutukan” dikalangan para
penghafal qur’an, untuk menguji sejauh mana niat seseorang dalam menghafal dan
mendalami kitab suci al qur’an. Berikut kisah kisah mengenai kepercayaan atau
“kutukan” tersebut.
Hafal al qur’an adalah sebuah
nikmat, anugrah, dan tanggung jawab yang tidak semua orang dapat merasakannya.
Hanyalah orang orang yang memiliki kemauan dan kemampuanlah yang bisa dibebani
tanggung jawab besar sebagai seorang hafidz. Bukan hanya itu yang diperlukan
untuk menjadi seorang hafidz yang benar benar hafidz, niat dan tekad yang kuat
juga sangat berperan pada kesuksesan seseorang memegang tanggung jawab sebagai
seorang hafidz. Saya katakan hafidz yang benar benar hafidz, bagaimana
maksudnya? Maksudnya adalah, mereka yang benar benar ingin menghafal al qur’an
dengan maksud dan tujuan yang ikhlas, yaitu dalam rangka mencoba untuk
menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain serta untuk mendekatkan diri
kepada sang khalik. Adalah merupakan suatu kesalahan, kerugian dan kebodohan
yang teramat besar kala seseorang berniat menghafal al qur’an hanya sebagai
jalan untuk mendapatkan beasiswa umpamanya, atau bahkan hanya untuk mendapatkan
pujian dan pengakuan dari masyarakatnya bahwa dia adalah seorang yang hafal al
qur’an. Mereka yang benar benar ikhlas akan menggunakan ke”hafidz”annya untuk
dirinya sendiri dan kebaikan orang banyak. Bukanlah hafalan yang lancar yang
masyarakat butuhkan dari diri seorang hafidz, tapi adalah sebuah pengajaran dan
pemahaman akan isi kandungan al qur’anlah yang mereka butuhkan, untuk
selanjutnya diaplikasikan menjadi sebuah pengamalan didalam kehidupan sehari
hari. Dan hafal al qur’an adalah salah satu jalan terbesar menuju kesana. Apa
gunanya coba, seorang hafidz yang hanya hafal saja tanpa mengetahui makna dan
kandungannya? Tidak ada!. Sama saja dia dengan nol. Atau bahkan lebih baik
seorang yang tidak hafal al qur’an tapi dia mengetahui dan mengamalkan makna
yang terkandung di dalamnya, walaupun sedikit. Jadi, mulailah untuk berbenah
niat sebelum beranjak menuju menghafal. Begitulah nasehat guru saya KH. Zaini
Zaini ketika saya hendak meghafal qur’an di kudus.
Ada beberapa sebab yang melatar
belakangi saya menulis akan hal ini. Pertama, fakta fakta kurang adil yang saya
saksikan selama di kudus tentang penghafal al qur’an. Kedua, untuk memberikan semacam suntikan semangat bagi
mereka yang mengalami hal hal yang kurang mengenakkan di dalam proses menghafal
al qur’an. Ketiga, untuk sekedar berbagi pengalaman bahwa niat yang benar
adalah hal pertama yang harus dibenahi.
Mungkin kalian akan bertanya tanya
tentang kalimat saya “fakta fakta kurang adil yang saya saksikan selama di
kudus”. Begini maksudnya, tidak selamanya dan tidak semua orang hafidz terlihat
seperti anggapan yang tersebar di kalangan masyarakat saat ini. Anggapan bahwa
seorang hafidz adalah orang yang alim, tawaddu’ dan jauh dari yang bernama
maksiat tidak seratus persen benar adanya. Banyak dari teman teman saya yang
juga sesama penghafal al qur’an bahkan kakak kakak senior yang sudah hafal,
menonton bersama semacam video atau film film biru dewasa. Dan ini bukan hanya
terjadi di pesantren saya, malah kasusnya akan semakin banyak dan beragam di
pesantren pesantren lainnya. Meskipun begitu, dalam masalah hafalan mereka
terlihat sangat jenius. Sekali dua kali baca, ayat demi ayat pun akan pindah ke
otak mereka. Sedangkan mereka yang menjauhi itu semua, sangat sulit dalam
menghafal dan melengketkan hafalannya. sebuah ketidakadilan yang cukup lama
saya pertanyakan kepada tuhan.
Lalu maksud kalimat kedua saya “hal hal yang
kurang mengenakkan dalam menghafal al qur’an” adalah semacam cobaan atau
terpaan yang bahkan bisa meruntuhan niat seorang untuk menghafal al qur’an.
Cobaan ini bermacam macam bentuknya, ada yang berbentuk sebuah penyakit,
meninggalnya orang yang dia sayangi, atau lain lainnya. Inilah yang saya sebut
dengan “kutukan” penghafal al qur’an. Sebuah cobaan yang akan menguji
seseorang, sejauh manakah niat dia dalam memperdalam dan menghafal kalam tuhan.
Mereka yang tidak mempunyai niat dan tekat yang kuat niscaya akan menyerah dan
gagal dalam prosesnya menghafal al qur’an, sebaliknya mereka yang kuat akan
terus bertahan, menghafal, seberat apapun cobaan yang menerpanya. Hal ini tidak
terjadi pada kebanyakan hafidz, tapi umumnya begitu. Ada teman saya ketika
menginjak juz juz akhir mengalami gagal ginjal yang mengharuskan dia untuk
pulang dan mendapatkan perawatan rumah sakit, ada seorang ustadz saya yang
ketika menginjak juz juz akhir juga mengalami terpaan luar biasa yaitu
meninggalnya sang ayah yang merupakan satu satunya orang yang membiayainya, dan
banyak lagi kisah kisah serupa yang melanda para penghafal. Ini juga yang
disebut kawan kawan saya sebagai “kutukan juz juz akhir”.
Kedua latar belakang diatas
berkaitan erat dengan latar belakang yang ketiga, yaitu pembenahan niat. Sejauh
yang saya lihat dan saya rasakan, niat sangatlah berperan penting pada proses
ini. Seorang yang mempunyai niat yang kurang tepat dalam menghafal al qur’an
tidak akan mengalami hal hal yang berat seperti apa yang dialami oleh mereka
yang benar benar mempunyai niat tulus di dalam menghafal al qu’an. Bahkan,
mereka yang kurang tepat niatnya akan diberikan semacam kemudahan dalam
menghafal dan melengketkan hafalannya. Mengapa bisa demikian?, setelah melamun
beberapa waktu, saya berpikir bahwasanya mungkin allah tidak akan rela kalamnya
dihafal oleh orang yang mempunyai tujuan kurang baik. Oleh karena itu, allah
mempermudah hafalannya tanpa ada hambatan dan kesulitan sedikitpun, yang toh
nanti ketika dia sudah hatam, al qur’an itu akan hilang dengan sendirinya. Lalu
bagaimana dengan mereka yang mempunyai niat yang benar?. Tentu tidak serta
merta allah akan mempermudah jalannya menghafal al qur’an, perlu adanya
beberapa ujian yang harus dilewati untuk membuktikan bahwa dia memang benar
benar memiliki niat tulus dan bersungguh sungguh untuk menghafal al qur’an. “kutukan
juz juz akhir” adalah salah satu yang harus dilewati oleh seorang penghafal.
Bagi kalian yang sedang mengalaminya bersyukurlah, karena itu pertanda bahwa
niat kalian sedang diuji oleh allah. Bagi kalian yang belum mengalaminya,
silahkan terus berdoa dan mulailah untuk muhasabah berbenah niat. Jangan sampai
ada semacam keinginan keinginan yang bersifat duniawi yang merusak niat dan
kesucian al quran. Percayalah bahwa akan sesuatu yang lebih dari itu semua yang
akan allah berikan kepada kalian, karena orang yang hafal al qur’an memiliki
kemuliaan tersendiri disisi tuhan yang maha esa.
Sekali lagi saya katakan, niat
memegang peran intim dalam kesuksesan seseorang tuk menggapai sesuatu. Dan
orang orang yang sukses menggapai impiannya tidaklah berjalan pada jalan aspal
yang mulus tak berlubang, melainkan jalan terjal berlubanglah yang harus dia
tempuh untuk sampai kepada apa yang dia impikan. Dengan begitu, kenikmatan
tertinggi akan dirasakan manakala dia telah melalui jalan terjal itu dan sampai
pada lembah subur kesuksesan yang diridhoi oleh tuhan sang maha pencipta…!!
Mulailah berbenah niat !!!
BONDOWOSO, 06052012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar