sima'an rutin para hafidz |
Tak henti rasanya keinginan saya untuk terus menceritakan
kepada kalian semua akan pesona kota ini. Rasanya pena ini tak mau berhenti
kala saya mulai menulis tentang pengalaman dan hal hal yang saya dapatkan di
kota ini.
Sedikit akan saya ceritakan, kali ini awal mula kisah yang
menyebabkan saya untuk menunda kuliah dan memutuskan nyantri di kota ini.
Waktu itu saya sudah duduk dikelas akhir masa sekolah saya di
tingkat aliyah. Pertimbangan dan angan angan akan kelanjutan masa depan sudah
mulai menjangkiti teman teman saya, dan saya pun tidak lepas dari sindrome
seperti itu. Awalnya saya ingin mengikuti jalur PBSB yang diselenggarakan depag
untuk mendapatkan kuliah gratis di jogjakarta. Keinginan ini timbul karena banyak
diantara kakak kelas saya yang mendapatkan beasiswa ini. Disamping biaya kuliah
yang gratis, beasiswa ini juga memberikan uang sangu tiap bulannya kepada para
anggotannya. Persiapan sudah matang saya persiapkan, mulai dari berkas berkas
yang harus dipenuhi sampai bahan bahan yang akan diteskan. Disisi lain, suatu
waktu dimana kiriman bulanan saya datang. Ibu mengatakan keinginannya untuk
memiliki seorang anak yang hafal al quran. Saya pun mengerti kalau ibu
menginginkan saya untuk mondok lagi di pondok pesantren tahfidz. Tapi itu hanyalah
berupa sindiran yang sama sekali tidak mengandung paksaan bagi saya. Semua
tergantung saya, kemana dan dimana akan melanjutkan studi selanjutnya. Semenjak
lontaran keinginan yang ibu katakan kepada saya, bayang bayang pondok tahfidz
mengawang ngawang dalam benak saya tiap saat. Dan pada akhirnya, pesantren
tahfidz menjadi opsi kedua saya setelah kuliah di jogja, yang dalam artian
apabila saya nantinya tidak lulus tes beasiswa kuliah di jogja, maka saya akan
mondok lagi di pesantren tahfidz.
Waktu pun berjalan cepat bagaikan kelebat pedang. Semua
berkas sudah saya kumpulkan demi memenuhi syarat mengikuti beasiswa tersebut.
Beberapa temanpun melakukan hal yang sama seperti yang saya lakukan. Lantunan
doa doa kelulusan saya panjatkan tiap harinya di pesarean para kyai sepuh,
kiranya tuhan memberikan yang terbaik apapun hasinya nanti. Setelah berkas
berkas semua terkumpul, saya setorkan kepada pihak TU sekolah yang mengurusi akan
masalah ini. Dan ternyata PBSB untuk tahun saya lulus tidak ada!!, alasannya
adalah waktu. Biasanya undangan dan pengumuman tentang beasiswa tersebut telah
ada beberapa bulan yang lalu. Tapi sampai saat saya menyetorkan berkas
pengumuman, surat edaran itu belum juga datang. Artinya, beasisiwa PBSB untuk
tahun itu ditutup. Lemas bercampur sedih menghinggapi benak yang tak tau lagi
hendak kemana. Putus asa mulai menjangkiti diri saya, karena beasiswa tersebut
sudah saya idam idamkan sejak duduk di kelas satu dulu. Singkat cerita,
akhirnya saya memantapkan diri untuk merantau dalam rangka menhafal al quran.
Sejak keputusan nyantri itulah saya mulai tenang dan kembali menatap masa depan
saya. Tawaran kuliah dan beasiswa di berbagai universitas sudah tak saya
hiraukan lagi. Bahkan ketika ada pengumuman bahwa beasiswa PBSB ternyata
diselenggarakan dan telah dibuka. Saya mantap dengan apa yang saya pegang
sekarang, meskipun saya masih bingung akan hendak kemana dan dimana saya
menghafal al quran.
“KUDUS” adalah jawaban ketika saya sowan pada kyai zuhri
zaini. Kota ini adalah tempat yang beliau sarankan ketika saya lontarkan
keinginan untuk menghafal kepada beliau. Mengapa kudus?, Tidak adakah tempat
lain untuk menghafal selain kota jenang ini?.
Pertanyaan pertanyaan diatas terjawab tuntas manakala saya
sudah sampai dan tinggal beberapa waktu di kota ini. Dikalangan para kyai sepuh
dan pesantren salaf, kota kudus memang sudah masyhur dengan kota huffadz. Hal
ini disebabkan oleh kemasyhuran almaghfurlah mbah arwani dikalangan kyai sepuh
salaf akan ilmu al quran yang beliau kuasai. Baik itu dalam ilmu qira’at maupun
dalam pemahaman beliau yang mendalam akan maksud dan tafsir al quran. Yang
kedua adalah, karena kudus tetap konsisten menjadi kota dengan pesantren
pesantren yang menghasilkan para huffadz yang berkualitas, Baik itu dalam
bacaan dan hafalannya. Lebih lanjut akan saya bahas di episode “7 alasan
menghafal di kudus”.
Pesona kota ini memang tak pernah pudar meskipun diterpa
berbagai zaman. Ada sebuah kisah yang melekat erat didalam pikran saya. Suatu
hari saya menghafal di makam sunan kudus, setelah selesai mengafal beberapa
lembar, saya pun mentakrir (mengulang) kembali lembar lembar yang sudah saya
hafal kemarin kemarinnya. Didepan saya duduk seorang kakek kakek tua lusuh yang sedang berdoa. Sampai pada suatu
ayat, saya lupa lupa ingat akan kelanjutan ayatnya. saya baca saja ayat itu
seingatnya demi menyelamatkan ayat ayat setelahnya agar tak keburu hilang juga.
Orang tua lusuh itu pun menegur dan memberitahu saya akan lafadz ayat yang
benar. Saya terkejut, heran, tak percaya sembari mengucapkan terima kasih
kepada orang tua yang sudah beranjak pergi itu. Hafalan saya langsung blank
total gara gara kakek tua itu. Memang seorang hafidz tidak memiliki tanda
khusus yang menandakan bahwa dia seorang hafidz. Tapi setidaknya ada kesan yang
muncul pertama kali, yang mengisyaratkan seseorang tersebut seorang hafidz atau
bukan. Nah kakek tua ini, tidak sedikitpun kesan seorang hafidz muncul dibenak
saya kala pertama melihat beliau. Saya sama sekali tidak menyangka beliau
adalah seorang yang hafal al quran. Subhanallah…
Mulai kejadian diatas, saya tidak pernah lagi menyangka nyangka
kepada orang lain apakah dia seorang hafidz atau bukan. Seburuk atau sebagus
apapun kesan yang ditimbulkan, saya tidak pernah lagi menilai seseorang hanya
dari dhahirnya saja.
Kota huffadz memang pantas untuk disematkan kepada kota ini,
tak bisa diketahui berapa jumlah pasti huffadz di kota ini. Ada seorang
pedagang es keliling yang akhirnya saya tahu bahwa dia hafal al quran. Ada
hafidz yang berprofesi sebagai guru, tukang becak dan pedagang souvenir khas
kudus, bahkan yang tidak kerja sekalipun (pengangguran) banyak yang hafal al
quran. Setelah mengetahui itu semua, timbul pertanyaan yang nantinya memberikan
hikmah dalam hidup saya. Apakah keuntungan seorang yang hafal al quran? Lalu,
apa yang allah berikan pada mereka yang hafal al quran? Apakah hanya berupa
sertifikat atau ijazah hafidz? Apakah pujian dan cabisan beberapa lembar uang
ketika diundang hataman atau sima’an al qur’an?
Jawabannya adalah satu, yaitu ketenangan hati dan kemantapan
iman. punya tidak punya mereka akan sebuah pekerjaan, mereka tetap tenang dan
yakin bahwa allah mengasihi hamba hambanya yang berjalan lurus di jalanNYA.
Ketenangan semacam inilah yang tidak bisa didapat dari semacam kekuasaan, mobil
mewah, rumah besar bahkan harta melimpah sekalipun. Selengkapnya akan saya
bahas di episode “keutamaan orang yang hafal al quran”. Itu pesona kota huffadz
yang pertama.
Pesona yang kedua. Tidak semua orang di kota ini yang hafal
alquran, dan itu pasti. Kalau boleh dipresentasekan yang hafal al quran 35% dan
yang tidak hafal 65%. Pesona yang kedua ini muncul dari mereka yang tidak hafal
al quran. Mungkin lebih mempesona daripada pesona kudus yang pertama tadi saya
ceritakan.
Di kota ini tiap minggunya terdapat pengajian tafsir al quran
bagi masyarakat umum sebanyak dua kali. Malam kamis dan jumat pagi. Yang
mengajar adalah kyai sepuh kudus sendiri yaitu mbah sya’roni ahmadi. Beliau
tidak memiliki pesantren tahfidz, karena memang oleh gurunya mbah arwani,
beliau dipersiapkan umum bagi masyarakat kudus yang hendak mengaji ilmu tafsir,
lebih tepatnya beliau adalah seorang kyai masyarakat. Tidak hanya wilayah
sekitar menara saja yang datang untuk mengikuti pengajian rutin ini, tapi
seluruh masyakat kudus berbondong bondong hadir pada waktu waktu itu untuk
mengikuti pengajian tafsir beliau. Bahkan, pernah saya temui ada beberapa orang
yang rela jauh jauh dari malang hanya untuk mengikuti pengajian beliau. Animo
dan kemauan masyarakat kudus dalam hal mendalami ilmu quran sangat luar biasa.
Tidak pernah saya temukan maraknya pengajian kitab kuning di tempat lain,
seperti semarak antusias masyarakat yang saya temukan di kota ini. Jadi harap
maklum kota ini menjadi sunyi merayap ketika malam kamis dan jumat pagi tiba.
Sekali lagi luar biasa mempesona…
Kapan Bondowoso akan menjadi kota seperti ini..???
Janggalan.
KUDUS, 16112011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar