Ini adalah
tulisan ketiga saya yang akan menceritakan kembali tentang alam
bondowoso yang begitu mempesona. Suasana alam yang mententramkan
setiap orang yang pernah merasakannya, suasana yang akhir akhir ini
saya rindukan kehadirannya.
Seminggu
akhir ini saya keluar kota meninggalkan kedamaian kabupaten
bondowoso. Pertama, karena adanya acara haul dan harlah pesantren
saya di kota A. Kedua, karena ikutnya saya pada tes spmb ptain di
kota B kemaren hari. Jumat 15 juni saya berangkat ke probolinggo
melewati jalan berkelok yang sangat melegenda yang bernama “arak
arak”. saat itu, sekali lagi saya saksikan dan saya yakini akan
keadaan alam bondowoso yang luar biasa hijau, yang luar biasa
indahnya. Kurang lebih 15 menit saya menikmati setelah akhirnya
keluar daerah dan memasuki kawasan kabupaten lain (tidak saya
sebutkan nama kabupaten). Perbedaan yang sangat jelas saya rasakan
dari dalam kendaraan saat itu, yang sebelumnya suasana terasa sejuk
dan mententramkan, lalu dengan tiba tiba menjadi gerah dan sangat
merisaukan. Udara yang sebelumnya ringan untuk dihirup, seketika
menjadi sesak untuk sekedar dirasa. Pemandangan yang sebelumnya
berwarna cokelat dan hijau, seketika berubah menjadi warna gersang,
kuning dan kelam. Garis tegas yang membedakan antara keadaan kedua
kota, lebih implisit antara keadaan alam kedua kota.
Dari tiga
tulisan saya tentang bondowoso kesemuanya membicarakan tentang
potensi dan keadaan alamnya yang menurut saya adalah luar biasa untuk
ukuran zaman yang mulai dijajah oleh materialisme, hedonisme dan
berbagai penyakit lainnya yang menyebabkan orang rela dan tega untuk
menukarkan lahan hijaunya hanya untuk seonggok bangunan tinggi nan
menjulang, yang bahkan tak sedikitpun memberikan seseloki udara dan
kesejukan seperti apa yang sebatang pohon berikan pada manusia. Untuk
masalah yang lain umpama sektor ekonomi, politik dan lain lain saya
tidak berani mendeskripsikan dan saya pun tidak menafikan bahwa kota
ini tertinggal jauh dari kota kota lainnya di tapal kuda. Jadi,
andaikan saya melebih lebihkan alam yang dimiliki kota ini bukan
berarti saya telah merendahkan kota kota lain yang saya yakin juga
memiliki unggulan dan kelebihan lain selain keadaan alamnya.
4 hari saya
berada di kota A untuk mengikuti acara tersebut sekalian ber-reuni
dan beramah tamah dengan teman teman seangkatan dulu. Kembali
merasakan kehidupan pesantren yang telah saya tinggalkan setahun
terakhir ini. Selama 4 hari itu saya sangat merindukan kehidupan
bondowoso yang tentran dan jauh dari kebisingan serta kejenuhan. Saat
itu saya menyadari bahwa ternyata “apa yang ada disekitar kita
setiap harinya akan terasa “ada”nya ketika kita jauh dan
meninggalkannya”. Tapi, untungnya semua kegelisahan saya dapat
terobati dan tertambalkan dengan bertemunya saya dengan para kyai,
para guru dan teman teman lama.
Sepulangnya
dari kota A saya langsung menuju kota B. Kota yang juga merupakan
tetangga bagi kota bondowoso. Puncak kejenuhan saya terjadi disini,
suatu waktu dimana kejernihan fikiran dan ketenangan hati sangat
dibutuhkan untuk menghadapi soal soal ujian. Dan itu karena suasan
alam, udara dan lingkungan yang sangat kurang bersahabat. Tapi, mau
tidak mau saya harus hadapi itu semua walaupun harus terus menerus
terjebak dalam kejenuhan nisbi statis.
Kurang lebih
sehari semalam saya berada, tinggal sejenak di kota B ini. 19 juni
saya pun beranjak pulang menuju kota pertiwi. Jalur maesan dan
grujugan yang saya lewati saat itu kembali memantapkan dan
menjustifikasi bahwa bondowoso adalah benar benar kota yang keindahan
alamnya masih sempurna hijau, sehijau pelataran zamrud yang banyak
disebutkan orang orang untuk menggambarkan kedaan alam indonesia. Tak
tahu lagi apa yang harus saya tulis untuk mendeskripsikan kehijauan
bondowoso dan saya pun tak tahu lagi harus dengan apa agar kalian
semua benar benar percaya dan yakin akan keindahan alam bondowoso
yang begitu fenomenal dan terjaga keasriannya hingga saat ini.
Mungkin, ini adalah tulisan terakhir saya tentang keindahan alam
bondowoso. Sebenarnya masih banyak unek unek yang terperangkap di
ujung otak saya tentang gambaran alam bondowoso, tapi perbendaharaan
kata yang mungkin sedikit sekali saya miliki sekarang, yang menjadi
sebab ketidakmampuan saya untuk meluapkan dan menumpahkan itu semua
dalam bejana kertas dan tulisan.
Selanjutnya,
saya akan bercerita kembali tentang kota kelahiran saya ini. Akan
tetapi, dengan sudut pandang dan unsur lain yang dimiliki oleh kota
bondowoso ini. Semoga bank kata kata saya mencukupi untuk
meralisasikan itu semua.
Sekian dan
terima kasih.....................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar