ilustrasi |
200 meter Disebelah timur menara kudus yang sekarang,
terdapat sebuah bangunan yang menyerupai menara kudus. Terbangun dari tumpukan
bata merah yang tertata rapi, tanpa semen sebagai perekatnya, mirip sebagaimana
menara kudus yang telah ada sekarang. Tapi, menara tua tersebut belum selesai
hingga tuntas. Sekitar 1/3 bangunan yang sudah berdiri. Sekarang menara yang
tak jadi tersebut menjadi bangunan kuno yang dilindungi oleh pemerintah. Tentu
ada alasan kuat atau sebuah kisah yang melatarbelakangi dijadikannya menara
tersebut sebagai sebuah situs sejarah yang dilindungi.
Konon suatu hari, kanjeng sunan ja’far shodiq (sunan kudus)
ingin mendirikan semacam bangunan yang berfungsi sebagai alat pemberitahu
kepada masyarakat akan masuknya waktu shalat. Masa itu, kebudayaan hindu budha
sangat melekat erat dalam persendian kehidupan masyarakat kudus, karena memang
sebelum islam datang, kebanyakan masyarakat kudus memeluk agama hindu. Sampai
datangnya kanjeng sunan kudus beserta ulama ulama yang lainnya mendakwahkan
agama islam disana. Untuk lebih memasyarakatkan agama islam, sunan kudus
membuat aturan aturan yang mana aturan tersebut sesuai dengan ajaran agama
islam dan tidak bertentangan dengan budaya hindu yang masih kental di kalangan
masyarakat. Seperti, menganjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging sapi, Karena
agama hindu beserta pemeluknya mengagungkan sapi sebagai sebuah hewan pemberian
dewa yang patut dipuja. Adat seperti itu bahkan masih ada sampai saat saya
berada disana.
Kembali kepada keinginan sunan kudus untuk mendirikan sebuah
menara dengan bentuk mirip seperti bangunan bangunan tempat peribadatan umat
hindu. Maka, diperintahkanlah para jin yang dulu sudah beliau kalahkan ketika
membabat daerah sekitar masjid menara untuk membangun sebuah menara tinggi
menjulang.
Ada suatu perjanjian yang dibuat kala sunan kudus berhasil
mengalahkan para jin penghuni daerah itu. Ketika sunan kudus hendak membunuh
semua jin yang melawannya, sang pimpinan pun bertekuk lutut sembari memohon
ampunan sunan kudus agar mereka tetap dibiarkan hidup. Sunan kudus pun
mengabulkan permohonan bangsa jin untuk dibiarkan hidup, tetapi dengan dua
syarat. Pertama, jangan pernah lagi mengganggu masyarakat atau orang yang
tinggal di kota kudus, Utamanya disekitar daerah yang waktu itu didiami sunan
kudus (sekarang tempat itu berupa areal makam dan masjid menara kudus). Syarat
yang kedua adalah mengerjakan apa yang diperintahkan sunan kudus kepada bangsa
jin. Khusus untuk syarat yang kedua, apabila mereka berhasil melakukan sesuatu
seperti apa yang sunan kudus perintahkan, maka mereka akan dibebaskan dan boleh
pergi dari kota kudus kemanapun mereka mau. Tetapi andaikan mereka gagal
menunaikan apa yang diperintahkan oleh sunan kudus maka mereka akan dimusnahkan
dari muka bumi ini.
Syarat yang keduapun tiba setelah mereka (bangsa jin)
menunggu beberapa lama. Sunan kudus memerintahkan supaya mereka membangun
sebuah menara tinggi seperti bangunan bangunan peribadatan umat hindu saat itu
dalam satu satu hari satu malam. Bau kebebasan pun tercium oleh mereka karena
tugas yang sangat amat mudah ini. Mereka yakin sebelum subuh tiba, sebuah
menara kudus akan berdiri dengan megah.
Subuh tiba, para jin pun melaksanakan tugas mereka dengan
cepat dan tepat. Bata bata mereka tumpuk sedemikian rupa sehingga akan
terbentuk bangunan yang menyerupai bangunan umat hindu seperti yang sunan kudus
perintahkan. Tiba saat dhuhur, bagian bawah menara yang meliputi pondasi dan
bangunan penyangga telah mereka selesaikan dengan rapi dan terlihat kokoh.
Semakin yakinlah bangsa jin bahwa mereka mampu menyelesaikan menara ini dan
akan kembali merengkuh kebebasan yang telah lama hilang. Bagian tengan bangunan
mereka kerjakan dengan cermat dan rapi sampai tiba waktu maghrib. Isya menyusul datang, 25 tingkat tumpukan
lagi, bagian tengah bangunan akan tersusun sempurna.
Disisi yang lain, di sebuah rumah sederhana nan lapang, terdapat
seorang wanita yang tengah menyapu halaman rumahnya yang disesaki dengan
rimbunan daun kering akibat angin kencang tadi sore. Suara berisik sapuannya
sampai ditelinga ayam ayamnya yang meringkuk dingin di dalam kandang. Biasanya
orang menyapu rumahnya dikala pagi dan ayam pun mengira demikian. Karena dikira
sudah pagi, para ayam pun berkokok layaknya mereka menyambut pagi di hari hari
yang lain. Dengan serentak semua ayam didaerah itu berkokok keras. Mendengar
kokokan ayam, para jin pun kaget dan langsung tertunduk lesu meninggalkan
pekerjaan membangun menara yang hampir selesai itu. Mereka tidak tau kalau
waktu masih isya (maklum, jin kan gak pake jam tangan..!!! hehehe). Sedih dan
putus asa sembari pasrah akan nasib yang menimpa mereka membuat mereka terhenti
dari pekerjaan mereka membangun menara, hingga subuh yang sesungguhnya tiba.
Mendengar kokok ayam untuk kedua kalinya, para jin heran dan bertanya tanya.
akhirnya mereka mengetahui bahwasanya kokok ayam semalam dikarenakan seorang
perempuan yang menyapu halamannya di malam hari. Marah akan hal itu, para jin
meminta pada tuhan agar perempuan kudus tetap perawan hingga tua. Doa para jin
pun mengalun seiring enyahnya mereka dari dunia.
Benar tidaknya cerita
diatas, yang jelas kenyataan yang terjadi di kota ini sedemikian adanya.
Kecantikan perempuan kudus sudah tidak perlu diragukan dan dipertanyakan lagi,
akan tetapi kebanyakan dari mereka yang masih perawan sampai mereka menginjak
usia senja.
walhasil, kejadian seperti itu menurut ajaran yang kita
pelajari yaitu ajaran agama islam, tidak memilki sangkut paut sama sekali.
Semuanya mungkin suatu kebetulan yang disambungkan dengan cerita legenda oleh
para pendahulu di kudus ini.
Wallahu a’lam bis shawab………
KUDUS, 05112011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar