timnas indonesia |
Berikut adalah sebuah kisah heroik
tentang perjuangan tanpa henti para pecinta bola di kota kudus, khususnya
mereka yang belajar atau nyantri di kota ini.
Berjuang melawan keterbatasan demi sebuah kebanggaan akan club yang
dijagokan. Mendobrak segala dinding pembatas yang memisahkan antara mereka dan
sepak bola. Sebuah kisah, yang patut dijadikan pelajaran oleh anda para pecinta
bola.
Damaran adalah sebuah tempat atau
bahkan disebut sarang bagi para pecinta bola. Sepak bola adalah kegiatan
pertama yang harus didahulukan dari kegiatan kegiatan lainnya, semisal tadarus
wajib maupun menghafal al qur’an. Adalah merupakan sebuah kerugian yang teramat
dalam manakala seseorang dari kami tidak menyaksikan pertandingan pertandingan antara club club
besar yang dijagokan. Apalagi ketika negara tercinta sedang berlaga mati matian
demi mempersembahkan sebuah tropi kebanggan, jangan harap damaran akan dipenuhi
dengan santri yang sedang tadarus al qur’an atau ustadz ustadz yang sedang
membimbing muridnya mengaji dengan benar!, semuanya akan tumpah blek di
terminal menara kudus sambil melongo, lupa tutup mulut karena laga yang begitu
mendebarkan. Baik santri maupun ustadznya sama sama berada dalam maqom yang
sederajat pada saat saat seperti ini, semuanya sama, sama sama butuh televisi
dan sama sama ingin mendukung negara tercinta.
Tidak semuanya sih para santri
berkumpul di tempat yang fenomenal ini, semuanya berpencar memburu tempat nobar
yang nyaman dan berlayar besar. Semuanya tergantung lobi, koneksi dengan orang
orang yang memiliki fasilitas seperti itu. Butuh sebuah kejelian dan kecerdasan
untuk mendapatkan tempat yang nyaman dan tentram seperti itu. Sedangkan kami
yang miskin lobi serta koneksi dan agak kurang cerdas dalam memburu tempat,
terpaksa berkumpul dengan rakyat rakyat kecil di terminal kudus yang juga
bertelevisi kecil. Televisi yang disediakan tidaklah sebesar dus mie goreng
sedap, tak ada fasilitas tempat duduk yang memadai, akibatnya kami akan berdiri
selama 2x 45 menit, istirahat sejenak setelah babak pertama berakhir. Aroma
kurang sedap dari badan badan dan mulut tukang ojek yang bersorak
“GOOOOAALL…!!” mau tidak mau harus kami relakan masuk ke kedua lubang hidung
yang mulia ini. Walaupun baunya luar biasa, yang penting ada sebulir kebanggan
yang kami rasakan masuk ke ruas ruas jiwa patriotisme ketika indonesia
memperoleh kemenangan. Bukan hanya itu, setelah laga usai serasa kaki kami
hilang tanpa jejak, leher hampir keropos karena mendongak ke atas selama 1,5
jam, mata panas karena bekerja berat untuk dapat melihat pertandingan dari tv
yang sedemikian begitu sangat kecil mrengil, dan tak lupa al mukarrom nyamuk
nyamuk juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan macam ini.
Itu kisah heroik santri pejuang
bola pada umumnya. Ada kisah heroik lain dari pada individu individu yang
mempunyai loyalitas kepada club yang dijagokannya.
Salah satunya dari seseorang fans
barcelona bernama GHAZALI akrab dipanggil gajali. Di adalah seorang teman yang
alim bahkan sangat alim dibandingkan teman teman saya yang lainnya, dia menghabiskan
waktunya hanya untuk menghafal dan menghafal, tak ada kegiatan lainnya. Bahkan,
karena cintanya pada menghafal, semua kegiatan di pesantren dia rela absen tak
mengikutinya. Tapi kecintaannya terhadap menghafal tak bisa mengalahkan
cintanya pada club catalan barcelona. Demi menonton pertandingan klub itu dia
rela melakukan apa yang jarang atau tidak pernah dilakukannya, contoh tidur di
masjid menara dan begadang sendirian di terminal menara kudus. Semuanya dia
pertaruhkan, karena memang dia bukanlah termasuk dari kelompok yang mempunyai
lobi dan jaringan koneksi tempat yang luar biasa. Dengan segala keterpaksaan
dan keterbatasan, fasilitas semegah terminal pun rela dia jadikan tempat menonton
laga tersebut. Hujan dan dingin malam tak pernah menyurutkan rasa cintanya pada
klub catalan itu.
Banyak lagi kisah kisah heroik para
pecinta bola, yang kisah kisah tentang perjuangan mereka belum pernah saya
saksikan dimanapun dan belum pernah saya temukan di buku apapun. Semangat
foolball lovers…
In memoriam : kang ahmad, kang
faisol, kang evan, kang mujib, kang sarep, ghazali, ayik, azis, kang bukhari,
dan para pecinta bola damaran seluruhnya…!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar