Dandangan |
Saya sangat bersyukur,
dengan waktu yang tidak lama saya sudah dapat merasakan dan mempelajari adat
budaya kota kudus. Dengan semua kekhasan budaya serta keunikan adat istiadat
yang tidak pernah saya temui sebelumnya, kota ini membuat saya selalu rindu
untuk kembali menginjakkan kaki diperaduannya. Kota ini telah memberikan
pelajaran berharga pada benak dan sanubari saya yang sedang meretas jalan untuk
menemukan jati diri. Kota ini seperti yang saya katakan sebelumnya, sangat
mempesona kawan..!!
Salah satu kebiasaan kuno
atau bisa kita sebut budaya warisan nenek moyang di kota ini yang akan saya
ceritakan pada kesempatan kali ini. Kebiasaan itu bernama “dandangan”. Saya kurang paham arti dari kata tersebut,
tapi intinya dandangan adalah semacam perayaan besar besaran dalam rangka
menyambut bulan suci ramadhan. Bagaimana rincian dan kisah kisah dibalik
dandangan yang melegenda ini?, berikut kisahnya…
Jalan raya di selatan menara
kudus adalah jalan utama provinsi yang menghubungkan Surabaya-jepara. Jalan ini
juga merupakan jalan utama kabupaten untuk menuju pati dan jepara bagi
kendaraan pribadi. Jadi dapat dipastikan jalan ini akan selau ramai meskipun
pada malam hari, Dan jalan ini nantinya yang akan menjadi lokasi dandangan.
Jalan ini terbentang dari timur ke barat. Dengan batas simpang tujuh (alun alun
kota) di bagian timur dan perempatan jember dibagian barat. Panjang jalan
diatas kurang lebih sekitar 4-5 kilometer, dan itu akan berubah menjadi pasar
malam rakyat yang meriah pada H-5 masuknya bulan suci ramadhan. Sungguh sangat
meriah..!!
Pada hari itu, semua orang
dari berbagai plosok kota akan datang, baik itu untuk berjualan atau hanya
untuk sekedar berbelanja dan refreshing. Semuanya tumpah menumpuk di sepanjang
5 kilo jalan tersebut. Kios kios pedagang terbagi menjadi tiga lokasi, di
kanan, kiri dan tengah jalan. Kios begian tengan juga terbagi menjadi dua, kios
tengah yang menghapap ke kiri jalan dan kios tengah yang menghadap ke kanan
jalan. Jadi, para pengunjung dapat melihat semua barang barang jualan tanpa
harus bolak balik di sepanjang jalan itu. Tinggal memutar, maka semua kios akan
dapat dikunjungi. Total jarak yang ditempuh untuk dapat melihat semua kios di acara
dandangan ini adalah kurang lebih 9-10 kilometer. Tapi jangan khawatir, jarak sepanjang
itu dapat dicicil di lima malam penyelenggaraan dandangan. Berbagai macam
dagangan berupa pernak pernik, kerajinan, pakaian dan berbagai jenis olahan
dijual pada malam itu, Mulai dari yang harga 5000 sampai yang ratusan ribu,
Semuanya tersedia demi memeriahkan pasar yang diadakan setahun sekali tersebut.
Semuanya bahagia atas diselenggarakannya dandangan yang konon sudah berjalan
selama puluhan tahun ini. Adapun sejarah
dan alasan mengenai munculnya budaya dandangan ini berikut kisahnya.
Sunan kudus adalah seorang
ulama, seorang da’I dan seorang wali yang terkenal mahir mengajak masyarakatnya
kepada hal hal yang di anjurkan agama dengan cara cara yang menyenangkan. Tak
pernah sekalipun sunan kudus melarang hal hal yang disukai masyarakatnya waktu
itu. Jangankan kepada umat islam sendiri, kepada lain agama beliaupun tak
pernah menyalahkan dan mengkafirkan. Seperti yang terjadi pada kisah bentuk konstruksi
menara kudus dan anjuran untuk tidak mengkonsumsi daging sapi bagi semua
masyarakat kudus baik itu yang beragama islam maupun bukan, yang telah saya
ceritakan episode sebelumnya. Beliau adalah seorang yang sangat senang dengan
kedamaian dan kerukunan antar masyarakat dan ummat beragama lainnya. Dandangan
adalah juga merupakan salah satu cara sunan kudus untuk menjadikan umat islam
kota kudus bahagia akan kedatangan bulan suci ramadhan. Dengan adanya dandangan
ini semuanya diharapkan untuk melampiaskan nafsu berbelanja dan makannya,
dengan harapan nantinya mereka akan khusyu’ beribadah di bulan ramadhan, karena
segala kebutuhan dan keinginan sudah mereka tumpahkan pada acara dandangan ini. Itulah tujuan dan alasan
pertama diadakannya dandangan ini.
Beberapa tahun berjalan,
dandangan memang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sunan kudus. Semuanya
menikmati dandangan dengan berbelanja dan makan sepuasnya. Ramadhan tiba,
semuanya sibuk beribadah. Tak ada lagi keinginan untuk berbelanja atau refreshing
kecuali keinginan untuk meningkatkan dan memanfaatkan bulan suci ramadhan ini
untuk lebih mendekatkan diri kepada sang khalik.
Sekarang semuanya telah
salah tafsiran. Dandangan dimanfaatkan untuk memuaskan segala hasrta dan
keinginan, baik itu yang berorientasi pada kemaksiatan ataupun pada hal hal
yang mubah. Semuanya mereka tumpahkan saat ini. Berpasang pasangan menyusuri
jalan jalan dandangan dengan berpegang tangan adalah hal lumrah malam ini. Tak
jarang juga malam ini digunakan para remaja labil sebagai biro jodoh. Mencari
lawan jenis yang sekiranya sesuai dengan tipe diri. Sexy, montok, cantik, dan
kalau bisa tajir adalah tipe lumrah dan umum para remaja labil ini. Semuanya
berlomba lomba untuk tidak menyia nyiakan sedikitpun kesempatan ini, kesempatan
baik untuk mencari pacar baru. Mereka yang tidak mendapatkannya akan disebut
“ora payu” tidak laku maksudnya. Begitulah faktanya…
Mengapa saya bisa tau? Saya
sudah menghatamkan seluruh kios dandangan ini hanya dengan tiga malam.
Rekornya, dipegang seorang teman saya yang mampu setiap malamnya mengelilingi keseluruhan kios kos
dandangan. pulang dari dandangan, kaki saya serasa seperti tertimpa gajah
sumatera berumur 7 tahun. Berat dan tak mau digerakkan, Lelah stadium 4. Semua
ini tak setimpal dengan apa yang saya beli di sepanjang dandangan, yaitu
sepotong kecil kerak telor gosong….
Ramadhan tiba, semuanya sepi
merayap. Bahkan hanya untuk mencari oleh oleh pulang kampung libur ramadhan sekalipun.
Tapi, dengan sedikit lobialitas yang cukup saya kuasai, akhirnya 5 dus jenang
mubarok berisi @40 buah dengan berbagai rasa akan menemani pulang kampung saya
kali ini. Alhamdulillah………..
Hari pertama ramadhan
KUDUS, 01082011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar