al maghfurlah mbah turaihan |
Satu hal yang paling saya ingat dan
menjadi kenangan tentang kota ini, adalah adanya tokoh tokoh yang mampu
menginspirasi dan memompa semangat saya. Kenangan yang membuat saya terlalu
tersenyum manakala mengingatnya, kenangan dan memori unik tersebut yang akan
saya ceritakan pada episode kali ini. Baik itu dari tokoh yang saya golongkan
kepada tokoh antagonis maupun golongan protagonis. Cerita ini akan saya bagi
kepada dua episode, dikarenakan ceritanya yang cukup panjang mengenai tokoh
tokoh hebat ini.
Akan saya mulai dari tokoh tokoh
protagonis. Walaupun tinggalnya saya di kota ini terbilang sebentar, tapi
pelajaran yang saya dapat dari tokoh tokoh hebat ini akan selalu menginspirasi
dan menjadi penyemangat saya sampai tua nantinya. Akan saya mulai degan tokoh
hebat yang pertama, KANG MUBAROK. Beliau adalah seorang ustadz setoran yang
menerima setoran al qur’an saya pertama kali. Diusianya yang terbilang muda,
beliau sudah merampungkan hafalan qur’an beserta qira’ah sab’ahnya. Akan tetapi
semua itu tidak beliau dapatkan dengan santai santai dan tanpa pengorbanan yang
luar biasa, lika liku yang beliau hadapi untuk sampai pada tahap inilah yang
akan terus menjadi pemacu semangat saya dalam hal apapun, dimanapun dan sampai
kapanpun. Hidup di keluarga yang serba kekurangan menjadikan beliau seorang
yang mempunyai tekad baja untuk terus menggapai cita cita, berangkat ke
pesantren tahfidz sembari sekolah pun beliau hanya dengan bermodalkan semangat
dan nekat saja. Hidup pas pasan bahkan kekurangan sudah menjadi tantangan
sehari hari yang harus beliau hadapi dalam belajar dan menghafal al qur’an.
Orang tua beliau hanya dapat memberikan sedikit untuk biaya makan beliau
dipesantren dan biaya sekolah, itupun kalau ada. Pada tahap akhir hafalan
beliau, sang ayah meninggal dunia. Terpaan cobaan kembali mendera dengan
disuruhnya beliau untuk pulang dan berhenti mondok plus sekolah oleh sang ibu,
dikarenakan sang ibu tidak dapat lagi membiayai makan dan sekolah beliau. Tapi,
dengan kemauan yang kuat beliau memutuskan untuk tetap tinggal dan menghafal.
Dengan bekerja sebagai tukang kebun di salah satu madrasah dekat pesantren,
beliau akhirnya dapat menyelesaikan sekolahnya, hafalannya bahkan hingga qira’ahnya.
Saat ini beliau masih berusaha menyelesaikan studi s1 di salah satu sekolah
tinggi islam di kudus. Menjadi seorang ustadz yang menerima setoran tidak
membuat beliau tinggi hati dan memilki gengsi. Untuk membiayai kuliahnya beliau
membuka warung kecil kecilan di areal pesantren yang beliau pasok dan jaga
sendiri. Warung yang menyediakan camilan camilan ringan, minuman dingin, rokok
bahkan mie goreng atau kuah. Tak jarang beliau memasakkan mie pesanan,
sekalipun yang memesan adalah murid beliau sendiri. Yang penting uang yang
halal dapat beliau hasilkan. Di pesantren saya, beliau adalah guru, teman,
sahabat dan orang tua yang mampu membimbing adik adiknya untuk hidup sederhana
dan tidak berlebihan. Sosok seorang ustadz yang sangat jarang saya temui di
pesantren saya dulu, Nurul Jadid.
Selanjutnya adalah BU NYAI, Beliau
adalah pengasuh pesantren yang saya diami di kudus. Beliau adalah raji (istri)
dari pengasuh pesantren sebelumnya yaitu mbah nur muttaqin. Dikarenakan beliau
tidak mempunyai keturunan, bu nyailah yang menggantikan mbah nur ketika beliau
wafat beberapa tahun yang lalu. Beliau adalah sosok wanita yang kuat, tegar dan
bijaksana. Mungkin karena faktor darah keturunan dari mbah sunan kudus yang
membuat beliau saya kategorikan menjadi salah satu wanita hebat yang pernah saya
temui, selain ibu dan nenek saya. Disamping sifat sifat tersebut, beliau juga
sangat sayang kepada para santrinya. Tidak mempunyainya beliau seorang anak
menjadikan beliau seorang ibu bagi semua santri disini, beliau pun juga
menganggap kami sebagai anak anaknya. untuk perempuan seusia beliau, beliau
juga memilki ingatan yang cukup kuat, bahkan sangat kuat. Beliau hafal seluruh
nama, asal daerah dan karakter masing masing santrinya. Meskipun santri
pesantren saya tidak sebanyak santri di nurul jadid. Tapi, bahkan untuk seorang
muda seperti saya pun sangat sulit untuk menghafal semua santri beserta asal
daerahnya. Disilah saya baru percaya bahwa ayat al qur’an yang mengatakan bahwa
orang yang sering membaca al qur’an akan dijauhkan dari sifat sifat lansia pada
umumnya (seperti pikun, tuli, dan buram pada penglihatan) adalah benar. Disamping
memiliki ingatan yang luar biasa beliau juga memiliki semacam ilmu ladunni atau
yang dikalangan pesantren bisa disebut kasyaf. Hal ini bukan hanya diyakini
oleh saya seorang, tapi seluruh teman teman saya pun meyakini akan hal itu.
Cerita lengkap mengenai ke-kasyafan bu nyai bisa anda tanya dengan mengubungi
saya. Intinya, beliaulah contoh ideal seorang wanita tegar dan kuat. Yang
seharusnya bagi perempuan perempuan muda generasi islam kini mencontoh beliau,
bagaimana menjadi wanita kuat, tegar dan mempesona.
Yang ketiga adalah CAK MAD. Mungkin
terlihat remeh kala anda pertama kali mendengar dan mengetahui seperti apa
beliau, pakaian apa yang beliau kenakan tiap harinya, pekerjaan beliau dan
rumah yang beliau tinggali bersama seorang anaknya. Kesan semacam itu juga
muncul pada saya pribadi dan teman teman saya saat bertemu pertama kali. Tapi,
anda akan dibuat kagum oleh beliau manakala anda tahu kehidupan beliau setiap
harinya dan alasan mengapa beliau memilih hidup seperti itu, yang andaikan
beliau mau beliau bisa hidup mewah dengan segudang harta warisan yang beliau
miliki. Untuk memahami tokoh unik ini pertama akan saya ceritakan beliau itu
siapa dan bagaimana. Pesantren saya adalah pesantren bebas yang tidak mengikat
para santrinya dengan aturan aturan yang biasa diberlakukan oleh pesantren
lainnya. Disini santri boleh membawa barang barang elektronik seperti hand
phone, laptop, dll. Santri juga dibebaskan berada di dalam atau diluar
pesantren, tidak ada ketentuan santri harus selalu berada didalam pesantren
seperti pondok saya dulu. Dan banyak lagi kebebasan kebebasan bagi santri di
podok saya ini. Akan tetapi, meskipun membolehkan santrinya membawa alat
elektronik. Pesantren tidak menyediakan dan tidak memperbolehkan mereka untuk
mencharge hape atau laptopnya di dalam pesantren. Nah, dirumah cak mad inilah
para santri biasa mencharge hapenya. Disamping rumahnya yang kebetulan terletak
pas dibelakang pondok, biaya chargenya juga lebih murah dibandingkan tempat
lain. Dengan membayar 500 rupiah, santri sudah bisa mencharge hapenya hingga
full. Tapi tidak ada jaminan keamanan bagi hape hape tersebut. Beliau Cuma
menyediakan kandang kandang burung dan hamster yang terbuat dari kawat besi
plus sebuah gembok beserta kuncinya. Seperti itulah standart keamanan mencharge
hape ala cak mad. Beliau hidup disebuah rumah kumuh yang jauh dari pantas untuk
disebut rumah. Pekarangan luasnya bukan dipenuhi pohon pohon rindang, melainkan
dipenuhi sampah sampah bau berlalat. Yang intinya, tikuspun enggan untuk
tinggal dirumah semacam itu. Beliau sering mencari sisa sisa nasi untuk dijemur
dan dijadikan pakan ayam. Selain mendapatkan penghasilan dari charge hape,
beliau juga sering berjualan ayam di pasar setiap harinya. Hidup beliau jauh
dari kata makmur bahkan juga jauh dari kata miskin. Tapi, hidup seperti
bukanlah sebuah takdir, beliau sendiri yang memlih hidup seperti itu. Mengapa?
Karena beliau sama sekali tidak tertarik dengan kehidupan bahagia dan makmur di
dunia fana ini. Sikap demikian, yang ada dalam diri beliau menurut saya maklum
karena diam diam beliau adalah termasuk salah satu keturunan dekat dari kanjeng
sunan kalijaga. Tak banyak yang mengetahui itu semua selain santri pesantren
saya dan tetangga dekat sekitar. Kala senja tiba, dia akan memulai melakukan
rutinitas hariannya, duduk didepan rumahnya menghadap arah barat, memutar
tasbih tuanya sembari berkomat kamit melantunkan dzikir. Adzan berkumandang
beliau langsung pergi ke mushalla yang ada tepat di depan rumahnya, habis shalat
kembali duduk dan berdzikir di depan rumah. Hal itu akan terus beliau lakukan
hingga subuh tiba. Beliaulah yang menjadi inspirasi terbesar saya untuk tidak
menjadikan hal yang berbau dunia ini segala galanya. Luar biasa dan wallahu
a’lam….
Berikutnya adalah PAK BAKRI. Beliau
merupakan salah satu ta’mir di masjid menara yang sangat dekat dengan santri
santri di pesantren damaran, pesantren saya sendiri. Bagaimana tidak dekat,
kalau setiap hari saya dan teman teman menghabiskan waktu untuk menghafal dan
mentakrir di masjid dan makam sunan yang beliau urus. Mulai kecil hidup beliau
dihabiskan dan diabdikan kepada masjid dan makam mbah sunan. Mulai bangun tidur
sampai tidur lagi, hanya masjid dan makamlah yang beliau urus, mulai dari
kebersihan, kerapian dan ketertibannya kala disesaki oleh para peziarah. Beliau
menganggap kami sebagai bagian dari masjid dan makam mbah sunan, karena kata
beliau andaikan tidak ada kami, masjid menara akan sepi dari lantunan ayat ayat
suci al qur’an para penghafal qur’an. Masjidpun juga sudah menjadi pondok kedua
kami setelah damaran, berjam jam hidup kami tiap harinya kami habiskan di
masjid menara kudus. Pak bakri adalah orang yang sabar dan pekerja keras.
Beliau sangat halus kepada peziarah yang melakukan kesalahan, tidak seperti
ta’mir yang lainnya yang kadang kala terbawa emosi saat menghadapi peziarah
yang tidak tahu. Setiap masjid menara mengadakan semacam kegiatan seperti
peringatan peringatan hari besar islam, pak bakri selalu mengundang kami dan
selalu memberi konsumsi lebih kepada kami. Tak jarang juga beliau minta dipijat
kepada santri damaran yang kebetulan menghafal sehabis beliau membersihkan masjid,
entah itu saya atau santri damaran lainnya. Sembari dipijat beliau mengisahkan
beberapa kisah legenda dan tak jarang menasehati, memberikan wejangan wejangan
yang bahkan saya saja tidak percaya kalimat kalimat bijak itu akan keluar dari
mulut seorang ta’mir masjid. Beliaulah sahabat kami di masjid, yang setia
menemani hari hari kami di kota ini. Terima kasih pak bakri….
Masih banyak tokoh tokoh protagonis
yang menjadi inspirasi dan pelecut semangat terbesar saya di kota ini. Tapi,
akan membutuhkan lebih banyak waktu dan kertas untuk mengisahkan orang orang
hebat ini. Cukuplah semangat beliau beliau yang saya ambil, dengan harapan
dapat membantu dan mengajak saya untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari
sebelumnya. Semoga allah memanjangkan dan menjadikan umur beliau beliau
barokah, amin.
KUDUS, 09012012
Beberapa hari lagi menjelang boyong………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar