Selasa, 14 Agustus 2012

BONDOWOSO “pelataran zamrud yang paling hijau”

Ini adalah tulisan ketiga saya yang akan menceritakan kembali tentang alam bondowoso yang begitu mempesona. Suasana alam yang mententramkan setiap orang yang pernah merasakannya, suasana yang akhir akhir ini saya rindukan kehadirannya.

Seminggu akhir ini saya keluar kota meninggalkan kedamaian kabupaten bondowoso. Pertama, karena adanya acara haul dan harlah pesantren saya di kota A. Kedua, karena ikutnya saya pada tes spmb ptain di kota B kemaren hari. Jumat 15 juni saya berangkat ke probolinggo melewati jalan berkelok yang sangat melegenda yang bernama “arak arak”. saat itu, sekali lagi saya saksikan dan saya yakini akan keadaan alam bondowoso yang luar biasa hijau, yang luar biasa indahnya. Kurang lebih 15 menit saya menikmati setelah akhirnya keluar daerah dan memasuki kawasan kabupaten lain (tidak saya sebutkan nama kabupaten). Perbedaan yang sangat jelas saya rasakan dari dalam kendaraan saat itu, yang sebelumnya suasana terasa sejuk dan mententramkan, lalu dengan tiba tiba menjadi gerah dan sangat merisaukan. Udara yang sebelumnya ringan untuk dihirup, seketika menjadi sesak untuk sekedar dirasa. Pemandangan yang sebelumnya berwarna cokelat dan hijau, seketika berubah menjadi warna gersang, kuning dan kelam. Garis tegas yang membedakan antara keadaan kedua kota, lebih implisit antara keadaan alam kedua kota.

Dari tiga tulisan saya tentang bondowoso kesemuanya membicarakan tentang potensi dan keadaan alamnya yang menurut saya adalah luar biasa untuk ukuran zaman yang mulai dijajah oleh materialisme, hedonisme dan berbagai penyakit lainnya yang menyebabkan orang rela dan tega untuk menukarkan lahan hijaunya hanya untuk seonggok bangunan tinggi nan menjulang, yang bahkan tak sedikitpun memberikan seseloki udara dan kesejukan seperti apa yang sebatang pohon berikan pada manusia. Untuk masalah yang lain umpama sektor ekonomi, politik dan lain lain saya tidak berani mendeskripsikan dan saya pun tidak menafikan bahwa kota ini tertinggal jauh dari kota kota lainnya di tapal kuda. Jadi, andaikan saya melebih lebihkan alam yang dimiliki kota ini bukan berarti saya telah merendahkan kota kota lain yang saya yakin juga memiliki unggulan dan kelebihan lain selain keadaan alamnya.

4 hari saya berada di kota A untuk mengikuti acara tersebut sekalian ber-reuni dan beramah tamah dengan teman teman seangkatan dulu. Kembali merasakan kehidupan pesantren yang telah saya tinggalkan setahun terakhir ini. Selama 4 hari itu saya sangat merindukan kehidupan bondowoso yang tentran dan jauh dari kebisingan serta kejenuhan. Saat itu saya menyadari bahwa ternyata “apa yang ada disekitar kita setiap harinya akan terasa “ada”nya ketika kita jauh dan meninggalkannya”. Tapi, untungnya semua kegelisahan saya dapat terobati dan tertambalkan dengan bertemunya saya dengan para kyai, para guru dan teman teman lama.

Sepulangnya dari kota A saya langsung menuju kota B. Kota yang juga merupakan tetangga bagi kota bondowoso. Puncak kejenuhan saya terjadi disini, suatu waktu dimana kejernihan fikiran dan ketenangan hati sangat dibutuhkan untuk menghadapi soal soal ujian. Dan itu karena suasan alam, udara dan lingkungan yang sangat kurang bersahabat. Tapi, mau tidak mau saya harus hadapi itu semua walaupun harus terus menerus terjebak dalam kejenuhan nisbi statis.

Kurang lebih sehari semalam saya berada, tinggal sejenak di kota B ini. 19 juni saya pun beranjak pulang menuju kota pertiwi. Jalur maesan dan grujugan yang saya lewati saat itu kembali memantapkan dan menjustifikasi bahwa bondowoso adalah benar benar kota yang keindahan alamnya masih sempurna hijau, sehijau pelataran zamrud yang banyak disebutkan orang orang untuk menggambarkan kedaan alam indonesia. Tak tahu lagi apa yang harus saya tulis untuk mendeskripsikan kehijauan bondowoso dan saya pun tak tahu lagi harus dengan apa agar kalian semua benar benar percaya dan yakin akan keindahan alam bondowoso yang begitu fenomenal dan terjaga keasriannya hingga saat ini. Mungkin, ini adalah tulisan terakhir saya tentang keindahan alam bondowoso. Sebenarnya masih banyak unek unek yang terperangkap di ujung otak saya tentang gambaran alam bondowoso, tapi perbendaharaan kata yang mungkin sedikit sekali saya miliki sekarang, yang menjadi sebab ketidakmampuan saya untuk meluapkan dan menumpahkan itu semua dalam bejana kertas dan tulisan.

Selanjutnya, saya akan bercerita kembali tentang kota kelahiran saya ini. Akan tetapi, dengan sudut pandang dan unsur lain yang dimiliki oleh kota bondowoso ini. Semoga bank kata kata saya mencukupi untuk meralisasikan itu semua.
Sekian dan terima kasih.....................

BONDOWOSO, 20062012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar