Sabtu, 09 Juni 2012

BONDOWOSO, "Jalan Kembang Menuju Tuhan"



Selama ribuan tahun para filsuf dan para ahli kejiwaan membahas serta terus mencari jawaban dari satu pernyataan yang sangat kuno tentang “apa yang sangat dibutuhkan manusia di dalam menjalani kehidupannya di dunia ini?”. Berbagai jawaban pun muncul untuk mewakili berbagai situasi dan keragaman keadaan yang dialami oleh manusia itu sendiri. Maksudnya adalah begini, kalau kita menanyakan pertanyaan tadi kepada orang yang sedang kelaparan di kolong jembatan, pasti jawaban mereka adalah makanan. Kalau kita tanyakan kepada orang yang sedang sakit, pasti jawabannya adalah kesehatan. Kalau kita tanyakan kepada orang yang dilanda kesendirian, pasti jawabannya adalah seorang teman. Kalau kita tanyakan kepada seorang bujang tua, pasti jawabannya adalah seorang wanita untuk dia nikahi. Jawaban dari pertanyaan diatas akan selalu beragam tergantung seperti apa kondisi manusia yang sedang dialami. Lalu, para filsuf mengajukan satu pertanyaan lagi, andaikan semuanya telah terpenuhi, semua yang dibutuhkan manusia itutelah ada dan tersedia, apakah masih ada sesuatu yang mereka butuhkan?, jawabannya adalah ada. Setelah melakukan beberapa kajian ternyata yang paling dibutuhkan manusia adalah ketenangan hati dalam menjalani hidup. Makanan, harta, teman dan berbagai kebutuhan lainnya hanyalah satu jalan kecil menuju ketenangan tersebut. Andaikan semua itu telah terpenuhi (menurut para filsuf dan ahli hikmah) ada satulagi yang manusia butuhkan untuk mencapai ketenangan sejati dalam hidup ini, yaitu mengetahui hakikat dirinya dan tuhannya.

Tentu kalian akan bertanya tanya apa hubungan masalah diatas dengan kota Bondowoso ini?, akan saya uraikan.

Kalian tentu tahu Rene Descratez ?, bapak filsafat modern peletak dasar dasar filsafat rasionalisme pada zaman renaisans yang berdampak besar bagi pemikiran pemikiran filsafat eropa bahkan dunia hingga saat ini. Beliau juga meyakini bahwa hal yang paling dibutuhkan manusia adalah rasa tenang, dan itu hanya bisa dicapai ketika seorang manusia mengetahui hakikat kebenaran lingkungan, dirinya beserta tuhannya. Tentu tidak mudah untuk merenungkan hakikat diri apalagi yang berkaitan dengan tuhan, perlu adanya semacam meditasi hati dan pikiran yang sungguh sungguh untuk mendapatkan jawaban jawaban tersebut. Dan situasi kondisi tempat sangatlah berpengaruh dalam proses meditasi atau pencarian itu. Seperti yang dilakukan bapak descartez ketika akan merumuskan hakikat hakikat kebenaran yang dipikirkannya selama bertahun tahun. Dalam bukunya “discursus on methode” beliau menceritakan pengalaman pribadi dalam mencapai sebuah keyakinan akan hakikat sebuah kebenaran. setelah sekian lama beliau berkeliling dari suatu negara ke negara lain dengan menjadi seorang prajurit perang, beliau mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman hidup dari bertemunya beliau dengan orang orang hebat di negara negara yang beliau kunjungi. Karena itulah, sesaat setelah masa perang berakhir beliau berpikir bahwa sudah saatnya untuk merumuskan hakikat kebenaran sebagaimana yang diyakininya selama ini. Dipilihlah tempat dimana profesi tidak menuntut beliau untuk terus berbuat lebih dibidangnya, tenpat dimana semua orang berkutat pada urusannya masing masing atau dengan kata lain tidak mencampuri urusan orang lain, dan sebuah tempat dimana beliau bisa mengoptimalkan daya pikirnya (maklum, karena beliau adalah salah seorang tokoh filsafat rasionalisme) untuk kembali memilah serta menyaring apa yang telah beliau ragukan, rasakan dan yakini selama masa perantauannya di beberapa negara. Untuk selanjutnya beliau rumuskan menjadi aliran filsafat madzhabnya sendiri.

Seseorang yang masa mudanya dihabiskan untuk terus bekerja dan bekerja, mencari uang dengan sekuat tenaganya demi mencapai kebahagiaan dunia, akan mencapai sebuah pencapaian berupa hidup sejahtera di masa tuanya. Akan tetapi dan yang tak dapat dipungkiri adalah tentang apa yang dia harapkan dengan kerja kerasnya selama ini yaitu mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan hidup di dunia tidak dia dapatkan meskipun harta dan kedudukan dia genggam. Di masa mudanya dia menyakini bahwa kehidupan tenang dan bahagia dapat dia rasakan dengan harta dan kehidupan serba berlebih, tapi kenyataannya tidak.

Bondowoso memiliki aura tersendiri bagi mereka yang mencari ketenangan dan ketentraman hidup di masa masa tuanya. Disamping bondowoso memiliki alam yang masih jernih bebas polusi, hingar bingar masalah keduniaan pun sudah jarang diperbicangkan setiap harinya. Semisal politisasi kasus hambalang, grasi presiden yang membingungkan sampai masalah konser laknat yang digagalkan ormas radikal. Fluktuasi nilai rupiah dan saham menjadi barang yang aneh bila diperbincangkan disini, dengan artian penduduknya masih awam dan lugu, mereka hanya tahu bagaimana menggarap sawah dan menghasilkan beras yang bagus dan banyak. Surau surau masih konsisten melantunkan dzikir dzikir dan ayat ayat keagungan tuhan setiap sorenya menjelang maghrib, membuat pikiran dan hati kembali ingat akan hakikatnya sebagai manusia hamba tuhan tak berdaya setelah setengah hari menggarap sawah. Situasi seperti inilah yang digambarkan oleh descartez sebagai sebuah tempat yang akan sangat mendukung manusia untuk kembali menjernihkan pikiran, mencermati kembali ayat ayat tuhan, merumuskan secara utuh hakikat kebenaran untuk kembali mengetahui siapa sebenarnya diri ini dan tuhan diri ini. Dengan begitu ketenangan sejati dan hakiki akan didapatkan. Dan sekali lagi saya katakan, bondowoso adalah kota yang sangat pantas bagi anda yang merindukan hakikat kebenaran, ketenangan jiwa, dan berusaha untuk mengenal diri sendiri serta tuhannya.

kota ini juga akan membawa anda untuk lebih merenungkan akan ciptaan ciptaan tuhan yang maha dahsyat, kembali berpikir dan tadabbur tentang pohon pohon yang rindang, bagaimana ia akan dapat mengeluarkan buah yang manis? padahal ia hanya tersiramkan oleh air yang payau kecuali dengan kehendak dan kuasa dzat yang maha besar. Tentang burung burung yang berkicau, tentang udara dan angin yang sepoi mengelus hati, tentang sungai jernih yang riaknya mengisyaratkan sajak sajak keagungan, tentang hujan, tentang embun pagi dan tentang segala hal yang telah Allah ciptakan pada alam ini. Semuanya akan kembali terpikirkan dan terenungkan kala anda dapat menikmati sore bondowoso yang sahdu. Akhirnya, dengan melihat ayat ayat tuhan dibalik semua kejadian alam yang luar biasa tersebut, kita akan senantiasa menjadi hamba tuhan yang bersyukur dan mengerti akan kekurangan serta kelemahan diri.


“sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, terdapat ayat ayat keagungan tuhan yang hanya bisa dirasakan oleh mereka mereka yang menggunakan akal fikirannya.”


BONDOWOSO, 09062012









Tidak ada komentar:

Posting Komentar