Sabtu, 20 Oktober 2012

ONTOLOGI part-1


METAFISIKA

Menginjak pada pembahasan pertama tentang ontologi. Ontologi adalah bagian dari filsafat yang membahas tentang hakikat objek yang dikaji. Tidak jauh dengan pengertian ontologi, metafisika juga membicarakan tentang problem watak yang sangat mendasar dari realitas benda atau objek yang dikaji. Apakah sebenarnya hakikat dari benda atau objek yang kita kaji?, apakah hal itu bersifat ghaib atau mistis?, Ataukah objek yang kita kaji itu hanyalah sebuah gejala alam saja yang bersifat kimia-fisika?. Berikut beberapa tafsiran tafsiran mengenai metafisika :

1.    tafsiran yang pertama mengenai hakikat alam ini adalah paham animisme yang didasarkan pada pemikiran supranaturalisme. Paham ini menyakini bahwa dibalik semua kejadian atau benda benda di dunia ini, terdapat sesuatu yang bersifat ghaib yang menggerakkan itu semua. Entah itu berupa roh roh atau mahluk mahluk ghaib. Paham ini merupakan paham tertua tentang metafisika.

2.     berbeda dengan paham animisme diatas, kaum materialis berpendapat bahwa benda benda atau gejala gejala alam di dunia ini bukanlah digerakkan oleh sesuatu yang bersifat ghaib yang tidak kita ketahui secara jelas. Akan tetapi, semua gejala alam yang terjadi tersebut disebabkan dari kekuatan alam itu sendiri. Oleh karena itu, kita dapat mempelajarinya. Paham materialisme ini didasarkan pada pemikiran naturalisme yang pertama kali dikembangkan oleh democritos (460-370 SM) melalui teori atomnya. 

3.      paham mekanistik, adalah paham yang meyakini bahwa gejala gejala yang terjadi di alam ini hanyalah sebuah proses kimia-fisika semata. Hal ini dibantah oleh kaum vitalistik yang meyakini bahwa, terdapat sesuatu yang unik dibalik gejala gejala atau kejadian kejadian di alam ini daripada sekedar gejala kimia-fisika sebagaimana yang dikatakan oleh kaum mekanistik. Ada kejadian kejadian alam (yang menurut kaum vitalistik) tidak dapat diketahui hanya dengan mempelajari kimia atau fisika saja.

Setelah pembahasan tentang hakikat dari objek yang dikaji diatas, lalu muncul pertnyaan yang berkaitan dengan hubungan antara pikiran sebagai alat untuk mengkaji suatu objek dengan objek yang dikaji tersebut. Apakah antara pikiran dan zat yang dipikirkan adalah satu kesatuan yang tidak bias dipisahkan?, atau keduanya meurpakan suatu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya?. Ada dua pandangan mengenai hal ini :

1.    pandangan kaum monistik. Mereka berpendapat bahwa pikiran dan zat adalah hal yang satu dan tidak dapat dibedakan. Keduanya sama sama merupakan sesuatu yang bersifat nyata. Hanya saja, mereka berbeda dalam hal gejala gejala yang disebabkan proses yang berlainan.

2.   pandangan kaum dualistik. Mereka membedakan antara zat dan pikiran, kebalikan dari paham monistik diatas yang mengatakan bahwa zat dan pikiran adalah satu. Terminology dualisme ini mula mula dipakai oleh Thomas hyde (1700) dan Christian wolff (1679-1754). Dan para filsuf yang menganut paham ini antara lain : rene Descartes (1596-1650), john locke (1632-1714) dan george Berkeley (1685-1753). Mereka berkeyakinan bahwa sesuatu yang nyata adalah yang ada dalam pikiran manusia, bukan zat yang didapat dari pengalaman empiris. Sebab kata locke, pikiran manusia diibaratkan sebagai lempengan lilin, dimana pengalaman pengalaman inderawi menempel pada lempengan itu. Jadi, semakin banyak pengalaman indera manusia yang menempel pada lempengan lilin pikiran itu, maka semakin beragam dan semakin rumit pula ide ide yang dihasilkan.


ASUMSI

Pembahasan kedua tentang ontology adalah asumsi. Asumsi adalah praduga awal tentang objek yang dikaji, yang kebenarannya masih belum bisa dipastikan. Artinya, ada dugaan dugaan yang timbul dari diri seseorang sebelum dia memutuskan suatu hal terhadap suatu perkara dengan berpijak pada data data atau nilai nilai. Contoh di buku sangat jelas menurut saya, tentang lomba adu tembak antara petani gila yang mabuk vs penembak jitu dengan rekor 30 tanding 30 menang TM. 

Lalu, sebab asumsi itulah timbul pemikiran tentang ketundukan gejala gejala yang terjadi dialam ini. Apakah gejala gejala yang terjadi di ala mini tunduk kepada hokum kepastian?, ataukah ia tunduk pada pilihan bebas yang dikehendaki manusia? Atau yang lainnya?. Berikut tiga pandangan tentang hokum ketundukan gejala alam :

1.      paham determinisme, yaitu sebuah paham yang menyakini bahwa segala gejala yang terjadi di alam ini tunduk pada hukum universal. Maksud hukum universal disini adalah hokum alam yang bersifat umum atau bersifat “biasanya”. Andaikan ada petani gila yang mabuk bertanding adu tembak melawan penembak jitu handal, maka hokum universalnya adalah kemenangan akan berada dipihak si penembak jitu, dan si petani mabuk akan mati. Paham ini dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin yang diberikan Thomas hobbes (1588-1679). Paham ini berlawanan dengan paham fatalisme dan paham pilihan bebas.

2.  paham pilihan bebas, berkebalikan dengan paham determinasi diatas. Adalah paham yang mengatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak ada kaitannya sama sekali dengan hokum alam. atau dengan kata lain, mereka (kaum berpaham pilihan bebas) menyakini bahwa tidak ada sebab dari setiap gejala yang terjadi di alam, semuanya sesuai dengan kehendak manusia. Jadi andaikan petani mabuk dan penembak jitu bertanding, jika si petani berkehendak dia pasti bisa mengalahkan si penembak jitu. Dan si penembak jitu justru yang akan menemui ajalnya.

3.    paham probabilistik, yaitu paham akan asumsi yang menengahi antara paham determinasi dan paham pilihan bebas. Paham yang bersifat probabilistik ini lebih kepada peluang iya atau tidak, atau dengan kata lain fifty fifty. Artinya, jika ada duel adu tembak antara petani mabuk melawan penembak jitu, maka tidak pasti si penembak jitu yang akan menang, atau tidak pasti si petani mabuk yang kan kalah dan terbunuh. Masing masing dari mereka berdua masih memiliki peluang untuk menang dan kalah. Begitu juga dengan dugaan dugaan atau asumsi terhadap apa pun selain duel adu tembak tadi. Pembahasan tentang peluang ini akan lebih diterangkan pada pembahasan selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar