Sabtu, 05 Mei 2012

KUDUS DALAM CATATAN -5 ["dandangan" budaya warisan mbah sunan menjelang ramadhan]



Dandangan
Saya sangat bersyukur, dengan waktu yang tidak lama saya sudah dapat merasakan dan mempelajari adat budaya kota kudus. Dengan semua kekhasan budaya serta keunikan adat istiadat yang tidak pernah saya temui sebelumnya, kota ini membuat saya selalu rindu untuk kembali menginjakkan kaki diperaduannya. Kota ini telah memberikan pelajaran berharga pada benak dan sanubari saya yang sedang meretas jalan untuk menemukan jati diri. Kota ini seperti yang saya katakan sebelumnya, sangat mempesona kawan..!!
Salah satu kebiasaan kuno atau bisa kita sebut budaya warisan nenek moyang di kota ini yang akan saya ceritakan pada kesempatan kali ini. Kebiasaan itu bernama “dandangan”.  Saya kurang paham arti dari kata tersebut, tapi intinya dandangan adalah semacam perayaan besar besaran dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan. Bagaimana rincian dan kisah kisah dibalik dandangan yang melegenda ini?, berikut kisahnya…
Jalan raya di selatan menara kudus adalah jalan utama provinsi yang menghubungkan Surabaya-jepara. Jalan ini juga merupakan jalan utama kabupaten untuk menuju pati dan jepara bagi kendaraan pribadi. Jadi dapat dipastikan jalan ini akan selau ramai meskipun pada malam hari, Dan jalan ini nantinya yang akan menjadi lokasi dandangan. Jalan ini terbentang dari timur ke barat. Dengan batas simpang tujuh (alun alun kota) di bagian timur dan perempatan jember dibagian barat. Panjang jalan diatas kurang lebih sekitar 4-5 kilometer, dan itu akan berubah menjadi pasar malam rakyat yang meriah pada H-5 masuknya bulan suci ramadhan. Sungguh sangat meriah..!!
Pada hari itu, semua orang dari berbagai plosok kota akan datang, baik itu untuk berjualan atau hanya untuk sekedar berbelanja dan refreshing. Semuanya tumpah menumpuk di sepanjang 5 kilo jalan tersebut. Kios kios pedagang terbagi menjadi tiga lokasi, di kanan, kiri dan tengah jalan. Kios begian tengan juga terbagi menjadi dua, kios tengah yang menghapap ke kiri jalan dan kios tengah yang menghadap ke kanan jalan. Jadi, para pengunjung dapat melihat semua barang barang jualan tanpa harus bolak balik di sepanjang jalan itu. Tinggal memutar, maka semua kios akan dapat dikunjungi. Total jarak yang ditempuh untuk dapat melihat semua kios di acara dandangan ini adalah kurang lebih 9-10 kilometer. Tapi jangan khawatir, jarak sepanjang itu dapat dicicil di lima malam penyelenggaraan dandangan. Berbagai macam dagangan berupa pernak pernik, kerajinan, pakaian dan berbagai jenis olahan dijual pada malam itu, Mulai dari yang harga 5000 sampai yang ratusan ribu, Semuanya tersedia demi memeriahkan pasar yang diadakan setahun sekali tersebut. Semuanya bahagia atas diselenggarakannya dandangan yang konon sudah berjalan selama puluhan tahun  ini. Adapun sejarah dan alasan mengenai munculnya budaya dandangan ini berikut kisahnya.
Sunan kudus adalah seorang ulama, seorang da’I dan seorang wali yang terkenal mahir mengajak masyarakatnya kepada hal hal yang di anjurkan agama dengan cara cara yang menyenangkan. Tak pernah sekalipun sunan kudus melarang hal hal yang disukai masyarakatnya waktu itu. Jangankan kepada umat islam sendiri, kepada lain agama beliaupun tak pernah menyalahkan dan mengkafirkan. Seperti yang terjadi pada kisah bentuk konstruksi menara kudus dan anjuran untuk tidak mengkonsumsi daging sapi bagi semua masyarakat kudus baik itu yang beragama islam maupun bukan, yang telah saya ceritakan episode sebelumnya. Beliau adalah seorang yang sangat senang dengan kedamaian dan kerukunan antar masyarakat dan ummat beragama lainnya. Dandangan adalah juga merupakan salah satu cara sunan kudus untuk menjadikan umat islam kota kudus bahagia akan kedatangan bulan suci ramadhan. Dengan adanya dandangan ini semuanya diharapkan untuk melampiaskan nafsu berbelanja dan makannya, dengan harapan nantinya mereka akan khusyu’ beribadah di bulan ramadhan, karena segala kebutuhan dan keinginan sudah mereka tumpahkan pada acara  dandangan ini. Itulah tujuan dan alasan pertama diadakannya dandangan ini.
Beberapa tahun berjalan, dandangan memang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sunan kudus. Semuanya menikmati dandangan dengan berbelanja dan makan sepuasnya. Ramadhan tiba, semuanya sibuk beribadah. Tak ada lagi keinginan untuk berbelanja atau refreshing kecuali keinginan untuk meningkatkan dan memanfaatkan bulan suci ramadhan ini untuk lebih mendekatkan diri kepada sang khalik.
Sekarang semuanya telah salah tafsiran. Dandangan dimanfaatkan untuk memuaskan segala hasrta dan keinginan, baik itu yang berorientasi pada kemaksiatan ataupun pada hal hal yang mubah. Semuanya mereka tumpahkan saat ini. Berpasang pasangan menyusuri jalan jalan dandangan dengan berpegang tangan adalah hal lumrah malam ini. Tak jarang juga malam ini digunakan para remaja labil sebagai biro jodoh. Mencari lawan jenis yang sekiranya sesuai dengan tipe diri. Sexy, montok, cantik, dan kalau bisa tajir adalah tipe lumrah dan umum para remaja labil ini. Semuanya berlomba lomba untuk tidak menyia nyiakan sedikitpun kesempatan ini, kesempatan baik untuk mencari pacar baru. Mereka yang tidak mendapatkannya akan disebut “ora payu” tidak laku maksudnya. Begitulah faktanya…
Mengapa saya bisa tau? Saya sudah menghatamkan seluruh kios dandangan ini hanya dengan tiga malam. Rekornya, dipegang seorang teman saya yang mampu setiap malamnya mengelilingi keseluruhan kios kos dandangan. pulang  dari dandangan, kaki saya serasa seperti tertimpa gajah sumatera berumur 7 tahun. Berat dan tak mau digerakkan, Lelah stadium 4. Semua ini tak setimpal dengan apa yang saya beli di sepanjang dandangan, yaitu sepotong kecil kerak telor gosong….

Ramadhan tiba, semuanya sepi merayap. Bahkan hanya untuk mencari oleh oleh pulang kampung libur ramadhan sekalipun. Tapi, dengan sedikit lobialitas yang cukup saya kuasai, akhirnya 5 dus jenang mubarok berisi @40 buah dengan berbagai rasa akan menemani pulang kampung saya kali ini. Alhamdulillah………..

Hari pertama ramadhan
KUDUS, 01082011





Tidak ada komentar:

Posting Komentar