Sabtu, 05 Mei 2012

KUDUS DALAM CATATAN -6 [tokoh tokoh protagonis yang menginspirasi]



al maghfurlah mbah turaihan
Satu hal yang paling saya ingat dan menjadi kenangan tentang kota ini, adalah adanya tokoh tokoh yang mampu menginspirasi dan memompa semangat saya. Kenangan yang membuat saya terlalu tersenyum manakala mengingatnya, kenangan dan memori unik tersebut yang akan saya ceritakan pada episode kali ini. Baik itu dari tokoh yang saya golongkan kepada tokoh antagonis maupun golongan protagonis. Cerita ini akan saya bagi kepada dua episode, dikarenakan ceritanya yang cukup panjang mengenai tokoh tokoh hebat ini.
Akan saya mulai dari tokoh tokoh protagonis. Walaupun tinggalnya saya di kota ini terbilang sebentar, tapi pelajaran yang saya dapat dari tokoh tokoh hebat ini akan selalu menginspirasi dan menjadi penyemangat saya sampai tua nantinya. Akan saya mulai degan tokoh hebat yang pertama, KANG MUBAROK. Beliau adalah seorang ustadz setoran yang menerima setoran al qur’an saya pertama kali. Diusianya yang terbilang muda, beliau sudah merampungkan hafalan qur’an beserta qira’ah sab’ahnya. Akan tetapi semua itu tidak beliau dapatkan dengan santai santai dan tanpa pengorbanan yang luar biasa, lika liku yang beliau hadapi untuk sampai pada tahap inilah yang akan terus menjadi pemacu semangat saya dalam hal apapun, dimanapun dan sampai kapanpun. Hidup di keluarga yang serba kekurangan menjadikan beliau seorang yang mempunyai tekad baja untuk terus menggapai cita cita, berangkat ke pesantren tahfidz sembari sekolah pun beliau hanya dengan bermodalkan semangat dan nekat saja. Hidup pas pasan bahkan kekurangan sudah menjadi tantangan sehari hari yang harus beliau hadapi dalam belajar dan menghafal al qur’an. Orang tua beliau hanya dapat memberikan sedikit untuk biaya makan beliau dipesantren dan biaya sekolah, itupun kalau ada. Pada tahap akhir hafalan beliau, sang ayah meninggal dunia. Terpaan cobaan kembali mendera dengan disuruhnya beliau untuk pulang dan berhenti mondok plus sekolah oleh sang ibu, dikarenakan sang ibu tidak dapat lagi membiayai makan dan sekolah beliau. Tapi, dengan kemauan yang kuat beliau memutuskan untuk tetap tinggal dan menghafal. Dengan bekerja sebagai tukang kebun di salah satu madrasah dekat pesantren, beliau akhirnya dapat menyelesaikan sekolahnya, hafalannya bahkan hingga qira’ahnya. Saat ini beliau masih berusaha menyelesaikan studi s1 di salah satu sekolah tinggi islam di kudus. Menjadi seorang ustadz yang menerima setoran tidak membuat beliau tinggi hati dan memilki gengsi. Untuk membiayai kuliahnya beliau membuka warung kecil kecilan di areal pesantren yang beliau pasok dan jaga sendiri. Warung yang menyediakan camilan camilan ringan, minuman dingin, rokok bahkan mie goreng atau kuah. Tak jarang beliau memasakkan mie pesanan, sekalipun yang memesan adalah murid beliau sendiri. Yang penting uang yang halal dapat beliau hasilkan. Di pesantren saya, beliau adalah guru, teman, sahabat dan orang tua yang mampu membimbing adik adiknya untuk hidup sederhana dan tidak berlebihan. Sosok seorang ustadz yang sangat jarang saya temui di pesantren saya dulu, Nurul Jadid.
Selanjutnya adalah BU NYAI, Beliau adalah pengasuh pesantren yang saya diami di kudus. Beliau adalah raji (istri) dari pengasuh pesantren sebelumnya yaitu mbah nur muttaqin. Dikarenakan beliau tidak mempunyai keturunan, bu nyailah yang menggantikan mbah nur ketika beliau wafat beberapa tahun yang lalu. Beliau adalah sosok wanita yang kuat, tegar dan bijaksana. Mungkin karena faktor darah keturunan dari mbah sunan kudus yang membuat beliau saya kategorikan menjadi salah satu wanita hebat yang pernah saya temui, selain ibu dan nenek saya. Disamping sifat sifat tersebut, beliau juga sangat sayang kepada para santrinya. Tidak mempunyainya beliau seorang anak menjadikan beliau seorang ibu bagi semua santri disini, beliau pun juga menganggap kami sebagai anak anaknya. untuk perempuan seusia beliau, beliau juga memilki ingatan yang cukup kuat, bahkan sangat kuat. Beliau hafal seluruh nama, asal daerah dan karakter masing masing santrinya. Meskipun santri pesantren saya tidak sebanyak santri di nurul jadid. Tapi, bahkan untuk seorang muda seperti saya pun sangat sulit untuk menghafal semua santri beserta asal daerahnya. Disilah saya baru percaya bahwa ayat al qur’an yang mengatakan bahwa orang yang sering membaca al qur’an akan dijauhkan dari sifat sifat lansia pada umumnya (seperti pikun, tuli, dan buram pada penglihatan) adalah benar. Disamping memiliki ingatan yang luar biasa beliau juga memiliki semacam ilmu ladunni atau yang dikalangan pesantren bisa disebut kasyaf. Hal ini bukan hanya diyakini oleh saya seorang, tapi seluruh teman teman saya pun meyakini akan hal itu. Cerita lengkap mengenai ke-kasyafan bu nyai bisa anda tanya dengan mengubungi saya. Intinya, beliaulah contoh ideal seorang wanita tegar dan kuat. Yang seharusnya bagi perempuan perempuan muda generasi islam kini mencontoh beliau, bagaimana menjadi wanita kuat, tegar dan mempesona.
Yang ketiga adalah CAK MAD. Mungkin terlihat remeh kala anda pertama kali mendengar dan mengetahui seperti apa beliau, pakaian apa yang beliau kenakan tiap harinya, pekerjaan beliau dan rumah yang beliau tinggali bersama seorang anaknya. Kesan semacam itu juga muncul pada saya pribadi dan teman teman saya saat bertemu pertama kali. Tapi, anda akan dibuat kagum oleh beliau manakala anda tahu kehidupan beliau setiap harinya dan alasan mengapa beliau memilih hidup seperti itu, yang andaikan beliau mau beliau bisa hidup mewah dengan segudang harta warisan yang beliau miliki. Untuk memahami tokoh unik ini pertama akan saya ceritakan beliau itu siapa dan bagaimana. Pesantren saya adalah pesantren bebas yang tidak mengikat para santrinya dengan aturan aturan yang biasa diberlakukan oleh pesantren lainnya. Disini santri boleh membawa barang barang elektronik seperti hand phone, laptop, dll. Santri juga dibebaskan berada di dalam atau diluar pesantren, tidak ada ketentuan santri harus selalu berada didalam pesantren seperti pondok saya dulu. Dan banyak lagi kebebasan kebebasan bagi santri di podok saya ini. Akan tetapi, meskipun membolehkan santrinya membawa alat elektronik. Pesantren tidak menyediakan dan tidak memperbolehkan mereka untuk mencharge hape atau laptopnya di dalam pesantren. Nah, dirumah cak mad inilah para santri biasa mencharge hapenya. Disamping rumahnya yang kebetulan terletak pas dibelakang pondok, biaya chargenya juga lebih murah dibandingkan tempat lain. Dengan membayar 500 rupiah, santri sudah bisa mencharge hapenya hingga full. Tapi tidak ada jaminan keamanan bagi hape hape tersebut. Beliau Cuma menyediakan kandang kandang burung dan hamster yang terbuat dari kawat besi plus sebuah gembok beserta kuncinya. Seperti itulah standart keamanan mencharge hape ala cak mad. Beliau hidup disebuah rumah kumuh yang jauh dari pantas untuk disebut rumah. Pekarangan luasnya bukan dipenuhi pohon pohon rindang, melainkan dipenuhi sampah sampah bau berlalat. Yang intinya, tikuspun enggan untuk tinggal dirumah semacam itu. Beliau sering mencari sisa sisa nasi untuk dijemur dan dijadikan pakan ayam. Selain mendapatkan penghasilan dari charge hape, beliau juga sering berjualan ayam di pasar setiap harinya. Hidup beliau jauh dari kata makmur bahkan juga jauh dari kata miskin. Tapi, hidup seperti bukanlah sebuah takdir, beliau sendiri yang memlih hidup seperti itu. Mengapa? Karena beliau sama sekali tidak tertarik dengan kehidupan bahagia dan makmur di dunia fana ini. Sikap demikian, yang ada dalam diri beliau menurut saya maklum karena diam diam beliau adalah termasuk salah satu keturunan dekat dari kanjeng sunan kalijaga. Tak banyak yang mengetahui itu semua selain santri pesantren saya dan tetangga dekat sekitar. Kala senja tiba, dia akan memulai melakukan rutinitas hariannya, duduk didepan rumahnya menghadap arah barat, memutar tasbih tuanya sembari berkomat kamit melantunkan dzikir. Adzan berkumandang beliau langsung pergi ke mushalla yang ada tepat di depan rumahnya, habis shalat kembali duduk dan berdzikir di depan rumah. Hal itu akan terus beliau lakukan hingga subuh tiba. Beliaulah yang menjadi inspirasi terbesar saya untuk tidak menjadikan hal yang berbau dunia ini segala galanya. Luar biasa dan wallahu a’lam….
Berikutnya adalah PAK BAKRI. Beliau merupakan salah satu ta’mir di masjid menara yang sangat dekat dengan santri santri di pesantren damaran, pesantren saya sendiri. Bagaimana tidak dekat, kalau setiap hari saya dan teman teman menghabiskan waktu untuk menghafal dan mentakrir di masjid dan makam sunan yang beliau urus. Mulai kecil hidup beliau dihabiskan dan diabdikan kepada masjid dan makam mbah sunan. Mulai bangun tidur sampai tidur lagi, hanya masjid dan makamlah yang beliau urus, mulai dari kebersihan, kerapian dan ketertibannya kala disesaki oleh para peziarah. Beliau menganggap kami sebagai bagian dari masjid dan makam mbah sunan, karena kata beliau andaikan tidak ada kami, masjid menara akan sepi dari lantunan ayat ayat suci al qur’an para penghafal qur’an. Masjidpun juga sudah menjadi pondok kedua kami setelah damaran, berjam jam hidup kami tiap harinya kami habiskan di masjid menara kudus. Pak bakri adalah orang yang sabar dan pekerja keras. Beliau sangat halus kepada peziarah yang melakukan kesalahan, tidak seperti ta’mir yang lainnya yang kadang kala terbawa emosi saat menghadapi peziarah yang tidak tahu. Setiap masjid menara mengadakan semacam kegiatan seperti peringatan peringatan hari besar islam, pak bakri selalu mengundang kami dan selalu memberi konsumsi lebih kepada kami. Tak jarang juga beliau minta dipijat kepada santri damaran yang kebetulan menghafal sehabis beliau membersihkan masjid, entah itu saya atau santri damaran lainnya. Sembari dipijat beliau mengisahkan beberapa kisah legenda dan tak jarang menasehati, memberikan wejangan wejangan yang bahkan saya saja tidak percaya kalimat kalimat bijak itu akan keluar dari mulut seorang ta’mir masjid. Beliaulah sahabat kami di masjid, yang setia menemani hari hari kami di kota ini. Terima kasih pak bakri….
Masih banyak tokoh tokoh protagonis yang menjadi inspirasi dan pelecut semangat terbesar saya di kota ini. Tapi, akan membutuhkan lebih banyak waktu dan kertas untuk mengisahkan orang orang hebat ini. Cukuplah semangat beliau beliau yang saya ambil, dengan harapan dapat membantu dan mengajak saya untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya. Semoga allah memanjangkan dan menjadikan umur beliau beliau barokah, amin.

KUDUS, 09012012
Beberapa hari lagi menjelang boyong………



Tidak ada komentar:

Posting Komentar