Selasa, 17 April 2012

KUDUS DALAM CATATAN -1 [kota perawan tua nan bersahaja]


ilustrasi
Sebuah kisah menarik yang saya dapatkan ketika masih mengecap manis menghafal di tanah kudus. Sebuah kisah yang mungkin banyak orang belum tahu, kecuali mereka mereka yang sudah tinggal disana atau pernah tinggal lama di kota kecil nan bersahaja itu. Terdapat beberapa versi cerita yang saya dengar tentang kisah atau lebih tepatnya disebut legenda ini. Berikut akan saya ceritakan versi terkuat dan terjumhur dari beberapa versi yang ada. 
200 meter Disebelah timur menara kudus yang sekarang, terdapat sebuah bangunan yang menyerupai menara kudus. Terbangun dari tumpukan bata merah yang tertata rapi, tanpa semen sebagai perekatnya, mirip sebagaimana menara kudus yang telah ada sekarang. Tapi, menara tua tersebut belum selesai hingga tuntas. Sekitar 1/3 bangunan yang sudah berdiri. Sekarang menara yang tak jadi tersebut menjadi bangunan kuno yang dilindungi oleh pemerintah. Tentu ada alasan kuat atau sebuah kisah yang melatarbelakangi dijadikannya menara tersebut sebagai sebuah situs sejarah yang dilindungi.
Konon suatu hari, kanjeng sunan ja’far shodiq (sunan kudus) ingin mendirikan semacam bangunan yang berfungsi sebagai alat pemberitahu kepada masyarakat akan masuknya waktu shalat. Masa itu, kebudayaan hindu budha sangat melekat erat dalam persendian kehidupan masyarakat kudus, karena memang sebelum islam datang, kebanyakan masyarakat kudus memeluk agama hindu. Sampai datangnya kanjeng sunan kudus beserta ulama ulama yang lainnya mendakwahkan agama islam disana. Untuk lebih memasyarakatkan agama islam, sunan kudus membuat aturan aturan yang mana aturan tersebut sesuai dengan ajaran agama islam dan tidak bertentangan dengan budaya hindu yang masih kental di kalangan masyarakat. Seperti, menganjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging sapi, Karena agama hindu beserta pemeluknya mengagungkan sapi sebagai sebuah hewan pemberian dewa yang patut dipuja. Adat seperti itu bahkan masih ada sampai saat saya berada disana.
Kembali kepada keinginan sunan kudus untuk mendirikan sebuah menara dengan bentuk mirip seperti bangunan bangunan tempat peribadatan umat hindu. Maka, diperintahkanlah para jin yang dulu sudah beliau kalahkan ketika membabat daerah sekitar masjid menara untuk membangun sebuah menara tinggi menjulang.
Ada suatu perjanjian yang dibuat kala sunan kudus berhasil mengalahkan para jin penghuni daerah itu. Ketika sunan kudus hendak membunuh semua jin yang melawannya, sang pimpinan pun bertekuk lutut sembari memohon ampunan sunan kudus agar mereka tetap dibiarkan hidup. Sunan kudus pun mengabulkan permohonan bangsa jin untuk dibiarkan hidup, tetapi dengan dua syarat. Pertama, jangan pernah lagi mengganggu masyarakat atau orang yang tinggal di kota kudus, Utamanya disekitar daerah yang waktu itu didiami sunan kudus (sekarang tempat itu berupa areal makam dan masjid menara kudus). Syarat yang kedua adalah mengerjakan apa yang diperintahkan sunan kudus kepada bangsa jin. Khusus untuk syarat yang kedua, apabila mereka berhasil melakukan sesuatu seperti apa yang sunan kudus perintahkan, maka mereka akan dibebaskan dan boleh pergi dari kota kudus kemanapun mereka mau. Tetapi andaikan mereka gagal menunaikan apa yang diperintahkan oleh sunan kudus maka mereka akan dimusnahkan dari muka bumi ini.
Syarat yang keduapun tiba setelah mereka (bangsa jin) menunggu beberapa lama. Sunan kudus memerintahkan supaya mereka membangun sebuah menara tinggi seperti bangunan bangunan peribadatan umat hindu saat itu dalam satu satu hari satu malam. Bau kebebasan pun tercium oleh mereka karena tugas yang sangat amat mudah ini. Mereka yakin sebelum subuh tiba, sebuah menara kudus akan berdiri dengan megah.
Subuh tiba, para jin pun melaksanakan tugas mereka dengan cepat dan tepat. Bata bata mereka tumpuk sedemikian rupa sehingga akan terbentuk bangunan yang menyerupai bangunan umat hindu seperti yang sunan kudus perintahkan. Tiba saat dhuhur, bagian bawah menara yang meliputi pondasi dan bangunan penyangga telah mereka selesaikan dengan rapi dan terlihat kokoh. Semakin yakinlah bangsa jin bahwa mereka mampu menyelesaikan menara ini dan akan kembali merengkuh kebebasan yang telah lama hilang. Bagian tengan bangunan mereka kerjakan dengan cermat dan rapi sampai tiba waktu maghrib.  Isya menyusul datang, 25 tingkat tumpukan lagi, bagian tengah bangunan akan tersusun sempurna.
Disisi yang lain, di sebuah rumah sederhana nan lapang, terdapat seorang wanita yang tengah menyapu halaman rumahnya yang disesaki dengan rimbunan daun kering akibat angin kencang tadi sore. Suara berisik sapuannya sampai ditelinga ayam ayamnya yang meringkuk dingin di dalam kandang. Biasanya orang menyapu rumahnya dikala pagi dan ayam pun mengira demikian. Karena dikira sudah pagi, para ayam pun berkokok layaknya mereka menyambut pagi di hari hari yang lain. Dengan serentak semua ayam didaerah itu berkokok keras. Mendengar kokokan ayam, para jin pun kaget dan langsung tertunduk lesu meninggalkan pekerjaan membangun menara yang hampir selesai itu. Mereka tidak tau kalau waktu masih isya (maklum, jin kan gak pake jam tangan..!!! hehehe). Sedih dan putus asa sembari pasrah akan nasib yang menimpa mereka membuat mereka terhenti dari pekerjaan mereka membangun menara, hingga subuh yang sesungguhnya tiba. Mendengar kokok ayam untuk kedua kalinya, para jin heran dan bertanya tanya. akhirnya mereka mengetahui bahwasanya kokok ayam semalam dikarenakan seorang perempuan yang menyapu halamannya di malam hari. Marah akan hal itu, para jin meminta pada tuhan agar perempuan kudus tetap perawan hingga tua. Doa para jin pun mengalun seiring enyahnya mereka dari dunia.
Benar tidaknya cerita diatas, yang jelas kenyataan yang terjadi di kota ini sedemikian adanya. Kecantikan perempuan kudus sudah tidak perlu diragukan dan dipertanyakan lagi, akan tetapi kebanyakan dari mereka yang masih perawan sampai mereka menginjak usia senja.
walhasil, kejadian seperti itu menurut ajaran yang kita pelajari yaitu ajaran agama islam, tidak memilki sangkut paut sama sekali. Semuanya mungkin suatu kebetulan yang disambungkan dengan cerita legenda oleh para pendahulu di kudus ini.
Wallahu a’lam bis shawab………

KUDUS, 05112011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar